Kinerja Manufaktur RI Terendah dalam 5 Bulan, Pengusaha Mulai Waswas

Kinerja Manufaktur RI Terendah dalam 5 Bulan, Pengusaha Mulai Waswas

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 01 Nov 2023 11:06 WIB
Ilustrasi manufaktur
Ilustrasi/Foto: Shutterstock
Jakarta -

Aktivitas manufaktur Indonesia mengalami pelemahan pada Oktober 2023. Hal itu tercermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang turun ke posisi 51,5, melambat 0,8 poin dari 52,3 pada September 2023 berdasarkan data yang dirilis S&P Global.

Laju PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 merupakan yang terendah sejak Mei 2023 atau lima bulan terakhir di mana saat itu berada di level 50,3. Meski melandai, posisinya masih berada dalam fase ekspansi selama 26 bulan berturut-turut.

"Tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat," kata Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan berdasarkan laporannya, Rabu (1/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pan menilai, tingkat kepercayaan diri bisnis di antara perusahaan juga terus turun di bawah rata-rata jangka panjang yang menandakan penurunan optimisme terkait output 12 bulan mendatang.

"Optimisme seputar perkiraan output pada tahun mendatang turun ke tingkat terendah dalam 8 bulan. Menurut panelis, kepercayaan diri bisnis berkurang karena ketidakpastian seputar perkiraan ekonomi global meningkat," tulis laporan tersebut.

ADVERTISEMENT

Menurut laporan S&P Global, tren penurunan PMI manufaktur Indonesia terjadi karena pertumbuhan produksi Oktober 2023 melambat. Tingkat ekspansi output periode ini menjadi yang paling lemah dalam 4 bulan terakhir karena melemahnya permintaan domestik dan asing yang menyebabkan penurunan penjualan.

"Akibat perlambatan pertumbuhan penjualan, perusahaan manufaktur Indonesia sedikit menurunkan jumlah tenaga kerja mereka dan membatasi kenaikan harga jual pada Oktober, menggambarkan keputusan bisnis yang lebih konservatif," tuturnya.

Di samping itu, dari segi harga terjadi kenaikan biaya input lantaran adanya kenaikan tingkat inflasi hingga ke posisi tertinggi sejak Maret 2023. Hal ini menyebabkan biaya bahan baku, transportasi dan keuangan juga naik sehingga terjadi kenaikan biaya pengoperasian.

"Penurunan inflasi harga jual yang lebih lambat diharapkan dapat membantu menahan inflasi di perekonomian Indonesia yang menjadi pertanda baik di tengah meningkatnya ketidakpastian," imbuh Pan.

Simak juga Video: Mimpi Prabowo Agar Indonesia Jadi Bangsa Produsen dan Manufaktur

[Gambas:Video 20detik]




(aid/ara)

Hide Ads