Pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Kementerian Perindustrian melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) melakukan studi kebijakan untuk pemanfaatan karbon bagi sektor industri.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Krakatau Posco melalui Posco Institute. Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Direktur Eco Friendly Future Materials Posco Research Institute (POSRI), Oh Jung-Hoon, dan Kepala BSKJI Kemenperin Andi Rizaldi.
Momentum ini juga disaksikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan, Chairman Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) dan Presiden Direktur PT Krakatau Posco Kim Kwang Moo bertempat di ICE BSD, Serpong, Kamis (9/11) .
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, Krakatau Posco sedang merencanakan proyek CCUS (Carbon Capture Utilization Storage). Proyek ini akan langsung menangkap karbon dioksida yang dihasilkan dari pabrik baja dan menyimpannya di ladang gas limbah dekat Laut Jawa.
Dengan adanya kerja sama ini diharapkan dapat menjadi kebijakan yang tepat dan akan menciptakan lingkungan bisnis melalui penelitian bersama yang bersifat preemptive dengan pemerintah Indonesia sebelum proyek CCUS dipromosikan.
Presiden Direktur Krakatau Posco Kim Kwang Moo mengatakan kegiatan ini akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk merealisasikan Net Zero Emission pada 2060.
"Perusahaan Industri baja seperti Krakatau Posco memiliki potensi besar untuk mengembangkan pemanfaatan karbon, namun masih diperlukan kebijakan yang mendukung infrastrukturnya," kata Kim Kwang Moo dalam keterangan tertulis, Jumat (10/10/2023).
Pada kesempatan yang sama, Krakatau Posco juga melakukan kerja sama dengan PT Krakatau Chandra Energi. Kerja sama ini terkait jual beli energi yang dihasilkan dari panel surya yang akan dibangun di atap Hot Rolling Plant dengan kapasitas 1.242 MWp.
Instalasi panel surya dikatakan mampu menghasilkan listrik sebesar 1.6420 MWh per tahun sekaligus menjadikan PLTS atap ini sebagai PLTS atap terbesar di Industri baja di Indonesia. Nantinya mampu mereduksi emisi karbon sebesar 1.407,2 ton emisi karbon dioksida per tahun.
"Penghematan yang didapat dari hal ini secara signifikan telah meningkatkan penghematan biaya dan sebanding dengan operasional 300 mobil di jalan atau setara dengan menanam pohon sekitar 23.450 pohon per tahun," lanjut Kim Kwang Moo.
(ara/ara)