Investor asal China tercatat paling banyak berinvestasi mengembangkan hilirisasi nikel di Indonesia, bahkan dari 248 tungku smelter nikel di Indonesia, 137 tungku terafiliasi investor China.
"Hasil penelusuran aliran keuangan itu didominasi modal asal Tiongkok (China), banyak diinvestasikan di Sulawesi, Halmahera, atau Maluku Utara," ungkap Asisten dan Program Riset Sustainable Development The PRAKASA, Ricko Nurmansyah, dalam agenda Memakar Masa Depan Energi yang Berkeadilan di Kawasan Industri Berbasis Nikel di Hotel Le Meridien, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (9/1/2024).
Dalam presentasi bertajuk "Mempertanyakan Komitmen Bank dalam Pembiayaan Transisi Energi yang Berkeadilan: Studi Kasus Eksploitasi Nikel di Indonesia", kepemilikan mayoritas smelter 99% terafiliasi dengan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, mengutip laporan Skarn Associates (2023), Ricko mengatakan terdapat 137 dari 248 tungku smelter nikel di Indonesia yang terafiliasi dengan china.
"Jumlah itu naik pada Desember 2022. Sebanyak 144 dari 155 tungku dari China. Penambahan 7 unit tungku baru semuanya berasal dari China," jelasnya.
Ricko kemudian mengungkap ada sepuluh entitas bisnis besar yang bergerak di industri nikel dengan proporsi akumulasi modal yang besar.
Kesepuluhnya secara berurutan adalah PT Vale Indonesia Tbk, Tsinghan (IMIP dan IWIP), PT Bintang Delapan Mineral (IMIP), Jiangsu Delong Nickel (Dragon Virtue), Harits & Lygend Resources, Contemporary Amperex Technology Ltd. (CATL), LG Corporation Zhejiang Huayou Cobalt, Pohang Iron and Steel Company (Posco), dan terakhir Kalla Group. Ricko mengatakan sejumlah data ini bersumber dari Bloomberg dan olahan peneliti.
"Di Sulawesi dan Halmahera berdasarkan negara (investasi) paling besar itu dari China, kemudian Korea Selatan, dan ketiga Amerika Serikat," bebernya.
Namun tidak hanya lembaga keuangan asal China, Ricko menuturkan lembaga keuangan asal Eropa turut serta membiayai industri nikel Indonesia, termasuk pembiayaan ada PLTU batubara captive yang diperlukan pada smelter nikel.
Bentuk keterlibatan bank-bank Eropa cukup beragam meski paling banyak dalam bentuk pinjaman sindikasi dan obligasi. Jenis pembiayaan indikasi ditujukan untuk pembangunan smelter.
"Kelompok pemberi pinjaman sindikasi adalah Standard Chartered Bank, BNP Paribas, Barclays Bank PLC, HSBC, Credit Agricole, ING Bank, dan Natixis," pungkasnya.
Lihat juga Video 'Jokowi Yakin RI Akan Jadi Negara Maju Jika Pemimpinnya Tak Penakut':