Wamenhan Buka-bukaan soal Belanja Pesawat Tempur Bekas

Wamenhan Buka-bukaan soal Belanja Pesawat Tempur Bekas

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Sabtu, 13 Jan 2024 11:00 WIB
Wamenhan M Herindra
Wamenhan M Herindra/Foto: Dok Kemhan
Jakarta -

Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra menjelaskan pembelian pesawat tempur bekas saat bicara mengenai pengadaan alat perang. Sebagaimana diketahui, pembelian pesawat tempur bekas tengah menjadi topik yang hangat karena disinggung dalam debat calon presiden (capres) belum lama ini.

Wakil Menteri Pertahanan, Muhammad Herindra menjelaskan, pihaknya fokus melihat adanya kekosongan pada alat perang, sehingga perlu pengadaan secara cepat.

"Sehingga kalau kita mau beli yang baru tidak secepat itu dan tidak semudah itu," katanya dalam acara Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan Regional yang disiarkan YouTube Media Center Indonesia Maju, Jumat (12/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, kalaupun ada uang belum tentu bisa dibeli. Ia pun mengibaratkan, jika membangun sebuah rumah dan atapnya bolong maka atap itu harus segera ditutup. Sementara, jika membeli yang baru maka akan butuh waktu yang lama.

"Sementara yang ada tersedia, bukan bekas, tapi masih layak digunakan dan siap dipakai, makanya itulah yang segera kita taruh di situ," katanya.

ADVERTISEMENT

Ia pun mengatakan, pihaknya telah membeli 42 unit pesawat tempur baru Rafale. Dia bilang, belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia pengadaan alat baru sebanyak 42 unit.

"Belum pernah ada sejarah selama republik ini berdiri pengadaan alat perang baru 42 unit," katanya.

Itu saja, kata dia, baru siap (ready combat) baru 7 tahun yang akan datang. Dia mengatakan, sambil menunggu pesawat-pesawat itu jadi, maka kekosongan itu harus diisi.

"Bayangkan begitu lama, tapi kalau kita dalam rangka menunggu yang baru itu, kekosongan yang masih lowong itu diisilah. Dan ini bukan masalah bekas dan baru yang kita pilih kemarin yang dibicarakan itu, ini karena memang alat perang pesawat itu masih layak pakai atau tidak. Itu pengganti untuk sambil menunggu alat perang yang sudah kita rencanakan," jelasnya.

Pentingkah usia alutsista? Cek halaman berikutnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Len Industri (Persero), Bobby Rasyidin mengungkap, umur alat utama sistem pertahanan (alutsista) bukanlah hal yang penting dalam penggunaan. Bos induk holding industri pertahanan BUMN ini mengungkap, ada tiga hal penting yang justru harus dijaga.

Pertama, operating readiness atau kesiapan operasi. Kedua, combat readiness atau kesiapan tempur.

"Yang ketiga yang paling penting safety sama worthiness levelnya. Jadi keselamatan dari kru di dalamnya itu levelnya sampai mana," katanya.

Dia menerangkan, alutsista ini sendiri terdiri mekanikal dan struktur platform, dan sistem. Pada kapal misalnya, mekanikal dan struktur platform ini seperti kapal itu sendiri, anjungan hingga mesin.

Sementara, sistem sendiri seperti sistem navigasi, pengawasan (surveillance), operasi tempur, dan lain-lain.

"Kalau kita lihat yang namanya platform sama engine mekanikal platform tadi itu ini didesain umurnya panjang-panjang. Kalau kapal itu, bayangkan kalau kapal induk didesain bahkan hampir 100 tahun," katanya.

Dia mengatakan, yang berubah cepat adalah sistemnya. Sebab, semakin ke sini bukan lagi perang fisik, tapi perang elektronika.

Ia melanjutkan, selama ini ada maintenance program. Jadi, struktur maupun mesin alutsista dicek secara terus-menerus. Jika perlu penggantian, maka harus diganti.

"Nah yang paling penting itu bagaimana kita melakukan modernisasi, upgrade dari sistemnya supaya alutsista ini tidak ketinggalan zaman," ujarnya.


Hide Ads