Tesla dan Volvo Setop Produksi di Eropa Gara-gara Konflik Laut Merah

Tesla dan Volvo Setop Produksi di Eropa Gara-gara Konflik Laut Merah

Samuel Gading - detikFinance
Sabtu, 13 Jan 2024 16:00 WIB
CORTE MADERA, CA - AUGUST 02:  The Tesla logo appears on a brand new Tesla Model S on August 2, 2017 in Corte Madera, California. Tesla will report second-quarter earnings today after the closing bell.  (Photo by Justin Sullivan/Getty Images)
Logo Tesla/Foto: Justin Sullivan/Getty Images
Jakarta -

Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla dan perusahaan mobil Swedia, Volvo mengumumkan menghentikan sementara produksi mobil di Eropa karena kekurangan komponen. Situasi ini menjadi tanda bahwa serangan Houthi terhadap berbagai kapal kargo di Laut Merah memang berdampak bagi ekonomi kawasan tersebut.

Pada Kamis malam (11/1), Tesla mengatakan bakal menangguhkan sebagian besar produksi mobil di pabriknya di Berlin mulai 29 Januari hingga 11 Februari, dengan pertimbangan kurangnya komponen setelah banyak kapal dialihkan ke ujung selatan Afrika.

"Konflik bersenjata di Laut Merah dan pergeseran rute transportasi antara Eropa dan Asia melalui Tanjung Harapan berdampak pada produksi di Gruenheide," ucap Tesla dalam pernyataan resmi dikutip dari Reuters, Sabtu (13/1/2034).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu transportasi yang jauh lebih lama menciptakan kesenjangan dalam rantai pasokan," sambung mereka. Namun Tesla tidak menyebut komponen mobil apa saja yang tertunda.

Sementara Volvo, yang mayoritas sahamnya dimiliki Geely China, mengumumkan bakal menghentikan produksi di pabrik Belgia selama tiga hari pada pekan depan karena keterlambatan pengiriman gearbox.

ADVERTISEMENT

Menurut ahli transportasi dari AutoForecast Solutions, produsen mobil lain bisa mengalami kekurangan pasokan akibat konflik Laut Merah. "Tidak dapat dipercaya bahwa mereka sendirian, hanya mereka yang pertama kali merefleksikan masalah ini," ucapnya.

Saham Tesla turun 3,7% di perdagangan New York dan Volvo Car turun 2,8% di Stockholm. Namun perusahaan automobil, Stellantis (STLAM.MI) mengatakan pihaknya hampir tidak melihat dampak apapun dari konflik tersebut. Adapun BMW, Volkswagen, dan Renault mengatakan pada Jumat (12/1) bahwa produksi mereka juga tidak terpengaruh.

Namun, perlu diketahui bahwa produsen mobil di Uni Eropa (UE) disebut sangat bergantung pada Asia untuk pasokan kendaraan listrik. Wilayah tersebut menyumbang 67% dari impor komponen baterai kendaraan listrik dan lebih dari dua pertiga pengiriman baterai lithium ion, menurut data S&P Market Intelligence.

Sebagai informasi, AS dan Inggris melancarkan serangkaian serangan di Yaman. Serangan ditujukan kepada Houthi yang menyerang berbagai kapal internasional dan mengganggu salah satu rute pelayaran terpenting di dunia.

Akibatnya, tarif pengiriman peti kemas melonjak jauh pekan ini. Meroketnya biaya logistik diakibatkan kekhawatiran terhadap keamanan isi kapal mulai dari pakaian hingga telepon genggam dan aki mobil. Berbagai perusahaan pelayaran harus menghindari Terusan Suez, yang menyumbang 12% dari lalu lintas kontainer global.

Situasi tersebut menjadi pergolakan rantai pasokan terbesar sejak pandemi Covid-19 dan berisiko menggagalkan pemulihan ekonomi global. Sebab, harga barang dan minyak yang lebih tinggi dapat memicu inflasi.

(ara/ara)

Hide Ads