Ada Isu Pabrik Rakasa Tekstil di Jateng Mau Tutup, Kemnaker: Nggak Akan PHK

Ada Isu Pabrik Rakasa Tekstil di Jateng Mau Tutup, Kemnaker: Nggak Akan PHK

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 13 Jun 2024 17:52 WIB
Aturan Pesangon PHK di Omnibus Law Cipta Kerja
Ilustrasi PHK - Foto: Aturan Pesangon PHK di Omnibus Law Cipta Kerja (Mindra Purnomo/tim infografis detikcom)
Jakarta -

Kementerian Ketenagakerjaan membenarkan ada sejumlah pabrik tekstil raksasa di Jawa Tengah yang akan tutup. Namun demikian, tidak akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diambil.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial PHI) dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri. Informasi tersebut diperolehnya usai berkomunikasi dengan kepala dinas ketenagakerjaan setempat.

"Betul, di Jawa Tengah ada. Ada yang grup, yang tiga besar grup itu juga. Tapi tadi barusan saya cek, waktu saya di dalam, saya telpon Kadis-nya nggak akan PHK," kata Indah, ditemui di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indah menjelaskan, perusahaan memilih untuk menurunkan beban operasionalnya demi mencegah PHK tersebut. Adapun beban yang dimaksud ialah penurunan sejumlah hak-hak karyawan.

"Sedang lapor ke dinas, boleh nggak kalau ada hal-hal hak karyawan yang diturunkan. Misalnya nggak ada lembur. Nggak masalah sih, kami monitor. Sepanjang tidak mengganggu kenyamanan pekerja, kita mungkin masih memikirkan, mempertimbangkan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan informasi yang diterimanya, pabrik-pabrik terkait mengalami masalah akibat penurunan penjualan dan iklim usaha yang semakin menantang. Hal ini ditambah lagi dengan penurunan ekspor akibat kondisi geopolitik global yang memanas.

"Di dalam negeri juga kan persaingan ketat ya. Perubahan gaya hidup. Kita aja kan udah males ke pasar-pasar, pasti belinya lebih banyak online. Nah, mereka yang udah kadung mungkin biasa pake pola lama, ada jalur distribusi lama, bayar pihak distribusi, logistik, akhirnya nggak terpakai. Karena konsumennya lebih memilik beli online. Akhirnya kan dia rugi. Ada cost-cost dari produksi distribusinya yang nggak terpakai, tapi dia udah kadung bayar kontrak," terang dia.

"Jadi dia bilang, 'kami nggak mau tutup, tapi kami tunggu dulu nih, memang lagi merugi'. Jadi ada misalnya bonus karyawan yang nggak bisa dibayarkan, lembur nggak bisa dibayarkan. Saya bilang, ya sudah kalau gitu nggak usah lembur. Tapi manajemen juga pasti kami sarankan turunkan fasilitas," sambungnya.

Karena hal ini pula lah menurutnya kondisi lembur di sejumlah pabrik di Indonesia sudah mulai berkurang, utamanya pabrik tekstil. Langkah ini dilakukan dalam upaya menekan biaya.

"Supaya tidak terjadi pemborosan labor cost, kita sarankan begitu, daripada PHK," ujar dia.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya informasi tentang adanya pabrik raksasa yang mau tutup diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi. Ia awalnya mengaku memperoleh informasi dari Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, yang mengatakan bahwa bakal ada satu pabrik tekstil besar di Indonesia yang bakal tutup.

"Bener mas, itu kan dari pak Jemmy menginformasikan, perusahaan tersebut masih berjuang untuk bisa survive," kata Ristadi saat dihubungi detikcom, Rabu (12/6/2024).

Ristadi enggan mengungkap identitas dan lokasi pabrik yang bakal tutup tersebut. Tapi, dia menjelaskan bahwa pabrik itu dinaungi oleh salah satu dari tiga emiten tekstil besar di Indonesia. Ketiganya adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Duniatex, serta PT Pan Brothers Tbk.

Ristadi menjelaskan pabrik tersebut memiliki jumlah karyawan yang mencapai puluhan ribu orang. Di sisi lain, perusahaan yang menaungi pabrik itu sebetulnya sudah sejak 2021 melakukan PHK secara bertahap.

(shc/kil)

Hide Ads