Miris! Lahan Sagu RI Terbesar di Dunia, tapi Ekspornya Kalah dari Malaysia

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 29 Jul 2024 12:17 WIB
Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro
Jakarta -

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia. Sayangnya potensi pemanfaatan sagu di Indonesia disebut masih sangat rendah.

"Pemanfaatan potensi sagu di Indonesia dirasakan masih sangat rendah," kata Agus dalam acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (29/7/2024).

Agus menyebut Indonesia memiliki 85% atau 5,5 juta hektare (Ha) lahan sagu dari 6,5 juta Ha lahan sagu di dunia. Di sisi lain, pemasok pati sagu terbesar di dunia justru berasal dari Malaysia.

"Lahan sagu di Indonesia hampir 85%, tapi pemasok pati sagu di dunia terbesar berasal dari Malaysia. Ini suatu hal yang aneh, Malaysia pada 2023 mengekspor pati sagu US$ 15 juta, masih kecil juga tapi dibandingkan Indonesia yang memiliki lahan terbesar, tahun lalu ekspor pati sagu kita hanya US$ 9 juta," beber Agus.

Menurut Agus, nilai itu masih sangat jauh dari potensi yang dimiliki Indonesia. Pihaknya memastikan akan terus memperbaiki rantai supply sagu di Indonesia agar potensi tersebut bisa tumbuh dan dimanfaatkan oleh seluruh stakeholder.

"Terutama untuk mengisi pasar sagu nasional dan internasional bagi para pelaku yang terlibat dalam agrobisnis sagu Indonesia," ucap Agus.

Sebaran lahan sagu terluas di Indonesia disebut berada di Papua sebesar 5,2 juta Ha, namun luas areal sagu nasional yang baru dimanfaatkan di daerah itu kurang dari 4% pada 2022.

"Sebaran lahan sagu terluas 5,2 juta Ha berada di Papua, namun demikian berdasarkan data statistik perkebunan dari Kementerian Pertanian, kurang dari 4% luas areal sagu nasional yang baru dimanfaatkan yaitu hanya seluas 212 ribu Ha dengan total produksi sebanyak 385 atau 386 ribu ton pada 2022," beber Agus Gumiwang.

Riau yang memiliki lahan sagu tidak seluas Papua, kata Agus, justru saat ini menjadi produsen sagu terbesar Indonesia dengan persentase 74%. Produksi sagu dari Riau mencapai 285 ribu ton yang berasal dari lahan seluas 76 ribu Ha.

"Produktivitas provinsi Riau adalah 3,73 ton per Ha, yang merupakan angka tertinggi dibandingkan produksi lain termasuk Papua yang berada pada peringkat kedua dengan 1,21 ton per Ha, dan Maluku di peringkat ketiga dengan menghasilkan 0,27 ton sagu per Ha," ungkap Agus.

Hilirisasi Sagu

Agus mengatakan pihaknya mendorong peningkatan hilirisasi komoditas sagu. Hilirisasi sagu dilakukan melalui pengembangan diversifikasi produk dan fasilitasi kerja sama antar industri pengolahan dan industri pengguna. Selain itu, mendorong program sertifikasi TKDN dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi para industri pengolahan sagu.

"Kemenperin berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu," kata Agus.

Dalam rangka pengembangan industri pengolahan sagu, pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Sagu dari pohonnya bisa diolah menjadi pati sagu. Menurut data dari Business Research Insights, pertumbuhan pasar pati sagu secara global diproyeksikan akan tumbuh mencapai US$ 560 juta pada 2031.

Meski begitu, Agus mengharapkan hilirisasi sagu tidak hanya berhenti sampai di pati sagu. Dalam hal ini diperlukan penguatan riset dan inovasi produk untuk mendukung pengembangan hilirisasi sagu.

"Hilirisasi sagu diharapkan tidak hanya berhenti sampai di pati sagu, tapi juga dapat memacu pertumbuhan produk hilir lainnya. Sagu dapat diolah menjadi beragam produk mulai dari produk pangan seperti pati sagu, mie, beras analog, sampai produk non pangan seperti bio-packaging," beber Agus.

Menurut Agus, pemerintah ke depan di bawah komando Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memiliki prioritas utama untuk melaksanakan ketahanan pangan, selain ketahanan energi dan ketahanan air. Nah, sagu dinilai menjadi salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan guna mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

"Kita dalam waktu yang tidak lama lagi harus bisa membantu agar pemerintahan ke depan di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran bisa berhasil dengan baik, khususnya ketika kita bicara ketahanan pangan. Kita harus bisa membantu pemerintahan ke depan memetakan pondasi yang kokoh untuk mewujudkan ketahanan pangan ke depan," pungkasnya.

Lihat juga Video 'Cerita Iptu Made Ambo Lestarikan Budaya Nokok Sagu yang Meredup di Papua':






(aid/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork