Purbaya Jawab Pengkritik Cukai Rokok Tak Naik: Masyarakat Butuh Penghidupan

Purbaya Jawab Pengkritik Cukai Rokok Tak Naik: Masyarakat Butuh Penghidupan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 30 Sep 2025 15:52 WIB
Ekspresi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa buka suara karena dikritik tidak menaikkan cukai rokok tahun depan. Purbaya mendapatkan karangan bunga yang dikirim ke kantornya langsung sebagai simbol protes.

Purbaya menanggapi ringan kritik dan kiriman karangan bunga tersebut, menurutnya karangan bunga yang didapatkan bagus. Dia berkelakar bunganya harum.

"Nggak apa-apa, bunganya wangi kok bagus," katanya sambil sedikit tertawa ketika ditanya soal kritik tersebut, di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (30/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada intinya, Purbaya menekankan namanya kebijakan pasti ada pro dan kontra. Dia tak heran kritik itu datang. Yang jelas, di matanya kebijakan tak menaikkan cukai rokok adalah cara untuk menjaga industri rokok yang menyerap banyak tenaga kerja tidak mati.

ADVERTISEMENT

"Jadi gini setiap kebijakan kan ada pro kontra ada yg suka dan tidak suka. Kan saya sudah hitung alasannya kenapa karena saya nggak mau industri kita mati. Terus dibiarkan yang ilegal hidup," ungkap Purbaya.

Di sisi lain, kalangan industri pun memberikan permintaan yang tak muluk-muluk soal cukai rokok. Industri tak meminta cukai diturunkan, cukup ditahan saja kenaikannya dan meminta dirinya untuk menjaga pasar rokok dari barang-barang ilegal.

Masyarakat Butuh Penghidupan

Purbaya dikritik karena menahan tarif cukai rokok dan dinilai tak tegas untuk mengurangi jumlah perokok yang membludak di Indonesia. Cukai rokok yang tinggi dinilai menjadi salah satu cara untuk menekan jumlah perokok dan memperbaiki kesehatan masyarakat Indonesia.

Soal hal ini, Purbaya menilai percuma mengkritik kebijakan cukai rokoknya dengan berbagai alasan kalau tidak bisa mengantisipasi pengangguran yang terjadi saat industri rokok kolaps imbas cukai yang tinggi. Menurutnya masyarakat juga butuh penghidupan, industri rokok sendiri menjadi salah satu mata pencaharian banyak orang di Indonesia.

"Kalau dia bisa ciptakan lapangan kerja sebanyak yang terjadi pengangguran karena industri yang mati, boleh kita ubah kebijakannya langsung. Kalau dia nggak bisa jangan omong aja. Kan masyarakat butuh penghidupan kan. Harus ada keseimbangan kebijakan lah saya bilang," papar Purbaya.

Baginya, bila yang disoroti adalah alasan kesehatan, lebih baik semua pihak di sektor kesehatan yang harusnya lebih banyak melakukan penyuluhan dan berbagai gerakan untuk mengurangi orang merokok. Bukan mematikan industrinya.

Yang jelas sejauh ini belum ada satupun langkah konkret yang dilakukan untuk mengantisipasi pengangguran yang bisa terjadi bila industri rokok hancur.

"Kalau Anda mau ajarin agar mereka nggak ngerokok ya, diajarin lah pengertian supaya nggak ngerokok, dan harusnya bertahap. Saya belum lihat ada program bertahap yang ciptakan lapangan kerja yang gantikan orang di industri rokok kalau itu tutup semua," ujar Purbaya.

Terakhir, Purbaya justru menantang pengkritiknya, apabila mau membuat saran kebijakan yang bisa membuat industri stabil dan jumlah perokok berkurang, silakan diberitahukan. Bila memang kebijakannya baik, dia siap mengikutinya.

"Dia design aja kebijakannya kalau mau nanti saya ikutin, kalau bagus," tegas Purbaya.

Simak juga Video Purbaya Kaget Tarif Cukai Rokok 57 Persen: Firaun Lu?

Halaman 2 dari 2
(hal/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads