Proyek kereta layang yang termasuk dalam program jalur lingkar KA layang Jabodetabek di rencana strategis (renstra) Kementerian Perhubungan 2015-2019 ini diminati oleh Adhi Karya lewat pembentukan konsorsium dengan PT Wijaya Karya dan Jaya Konstruksi Manggala Pratama. Adhi berencana masuk sebagai investor dalam proyek ini dengan skema pembiayaan availability payment (AP).
Availability payment merupakan alternatif pembiayaan yang disiapkan pemerintah agar tidak mengeluarkan dana untuk pembayaran proyek infrastruktur dalam sekali bayar, melainkan dapat dibayarkan secara bertahap sesuai kesepakatan dengan badan usaha terkait.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jakarta Segera Punya Kereta Layang |
Berdasarkan catatan detikFinance, Rabu (16/5/2018), proyek ini sendiri sudah lama diinisiasi untuk dibangun. Sejak terakhir kalinya jalur kereta layang rute Manggarai - Gambir - Jakarta Kota dibangun pada 1992, belum ada lagi jalur kereta layang dibangun di Jakarta.
Rencana kelanjutan pembangunan jalur kereta layang di Jakarta sendiri sempat kembali menguap di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu ditandai terbitnya Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 yang menugaskan PT KAI untuk meningkatkan prasarana dan sarana kereta di jalur lingkar Jabodetabek dan kereta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Namun proyek tersebut harus tersendat lantaran formula pendanaan yang tak kunjung rampung, antara Pemerintah pusat dan daerah. Padahal, proyek ini memiliki masa depan yang sangat cerah karena bisa meningkatkan efektivitas angkutan kereta api baik bagi transportasi barang maupun manusia.
![]() |
Proyek ini sempat kembali mengemuka di era Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, hingga ke era Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Saat itu Ahok ingin proyek kereta layang tersebut segera dibangun dan dituntaskan dalam waktu dua tahun, namun sampai saat ini rencana tersebut juga tak kunjung terealisasi.
Saat itu rencana pembangunan terhambat lantaran harus mengkaji efek pembangunan yang bisa menimbulkan resiko kemacetan yang sangat parah di tengah pembangunan proyek infrastruktur lainnya di Jakarta. Kajian Kementerian Perhubungan pembangunan kereta layang membutuhkan waktu lama untuk menghindari kemacetan parah akibat konstruksi di kota Jakarta, sementara Ahok cenderung ingin mengambil risiko kemacetan yang semakin parah namun pembangunan bisa diselesaikan dalam waktu lebih cepat.
Kini rencana tersebut kembali didengungkan. Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menggodok proposal pembangunan proyek jalur kereta melingkar loop line atau circular line yang sudah diajukan oleh Adhi Karya cs.
Proyek ini diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp 15 triliun, dengan asumsi panjang jalur yang dibangun sekitar 26 km (biaya pembangunan per kilometer sekitar Rp 500 miliar). Adhi Karya memperkirakan proyek ini bisa rampung dalam waktu empat tahun setelah dilakukan studi kelayakan selama satu tahun.
![]() |
Adapun jalur yang akan dibangun mencakup rute Manggarai-Tanah Abang-Duri-Kampung Bandan-Kemayoran dan kembali lagi ke Manggarai. Setidaknya akan ada 15 hingga 20 stasiun perhentian yang dimiliki jalur ini, di mana empat di antaranya akan terintegrasi dengan stasiun KRL eksisting yakni stasiun Jatinegara, Manggarai, Tanah Abang, dan Bukit Duri.
Proyek kereta ini sendiri merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercatat dalam lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Proyek ini dinamakan 'Jabodetabek Circular Line'.
Di dalam renstra Kemenhub 2015-2019, proyek ini termasuk dalam tujuh proyek kereta api yang masuk ke dalam PSN masih dalam tahap persiapan dokumen perencanaan, baik berupa studi kelayakan maupun penyusunan desain. Namun belum termasuk dalam proyek pembangunan strategis sektor perhubungan dengan menggunakan skema pendanaan BUMN/swasta.
Pembangunan kereta layang diharapkan dapat mengatasi kemacetan di jalan raya dan mengurangi jumlah pelintasan sebidang. Pasalnya jalur baru bakal dibangun di atas jalur yang sudah ada sekarang, sementara jalur eksisting sendiri bisa dimanfaatkan untuk yang lain, seperti perjalanan kereta barang.
Proyek MRT Buka Lapangan Kerja dan Tekan Biaya Transportasi
(eds/dna)