Biaya pembangunan light rail transit (LRT) untuk setiap jenis konstruksi berbeda-beda. Secara berurutan sampai yang paling mahal ialah sejajar dengan tanah (at grade), layang (elevated), dan bawah tanah (underground).
Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto tak menyebut biaya pembangunan masing-masing konstruksi. Namun, dia menuturkan, selisih antara LRT layang dan sejajar dengan tanah ialah Rp 150 miliar per kilometer (km).
Selisih tersebut belum memasukan perhitungan harga tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mengatakan, selisih antara jalur dalam tanah dan sejajar dengan tanah lebih tinggi lagi. Budi bilang, selisihnya mencapai Rp 250 miliar.
"At grade dengan underground selisihnya Rp 250 miliar," sambungnya.
Budi menuturkan, untuk pembangunan LRT Jabodebek dilakukan secara elevated. Hal ini menimbang banyaknya persimpangan dan lahan yang terbatas.
"Jadi elevated itu karena di dalam kota ini, itu banyak persimpangan. Jadi di samping tol kota nggak mungkin bangun at grade, sampai Jagorawi sampai Cibubur itu nggak mungkin pakai at grade karena ruangnya terbatas," kata dia.
"Juga di samping Tol Bekasi Timur, anda bisa bayangin bagaimana begitu gusurnya tambah banyak kan. Bukan hanya biaya tapi waktu, lahan, dan sebagainya itu," sambungnya.