Belajar Disiplin Pakai Transportasi Umum dari Negeri Sakura

Laporan dari Tokyo

Belajar Disiplin Pakai Transportasi Umum dari Negeri Sakura

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 29 Nov 2018 14:05 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Tokyo - Salah satu alasan Jepang memiliki jaringan transportasi umum yang sangat bagus adalah kesiapan masyarakatnya untuk menggunakannya. Bandingkan hal ini dengan Indonesia, di mana orang-orang masih terobsesi dengan mobil pribadi, sementara di Jepang orang-orang lebih banyak mengandalkan transportasi kereta atau bus, atau bahkan dengan bersepeda.

Sebagian besar masyarakat Jepang mengandalkan transportasi umum dalam mobilisasi kegiatannya sehari-hari. Jika Anda pergi ke Jepang, maka tak jarang Anda akan menemukan orang-orang dengan pakaian serba rapi, berjas layaknya pejabat menggunakan fasilitas transportasi umum seperti kereta dan bus.

Yang menjadi keanehan adalah, meski stasiun-stasiun atau terminal transportasi umum tersebut begitu ramai oleh penggunanya, namun lalu lintas pergerakan manusia yang ada tak mengganggu lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat disaksikan langsung pada setiap stasiun kereta, yang menjadi moda transportasi paling diandalkan di Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berbagai pola pergerakan manusia yang serba teratur akan memanjakan mata Anda yang sedang berkunjung ke Jepang. Disiplin dalam antrean dan berperilaku baik di ruang publik terbukti memberikan efek domino positif yang luar biasa untuk Jepang.

Bayangkan, untuk sekadar menyaksikan orang menyeberangi sebuah perlintasan jalan seperti di Shibuya, bisa menjadi atraksi yang begitu menarik bagi para turis. Perilaku ini ternyata memang menjadi pujian yang kerap disampaikan oleh para turis yang berkunjung ke Jepang.

"Kami sering mendapat pujian dari turis asing, bahwa kereta di Jepang bersih, tertib, dan semua penumpang memiliki etika," kata General Affair Asosiasi Operator Railway Swasta Jepang Ochi Mashimaro dalam sebuah paparan di Stasiun Tokyo, Tokyo, Jepang, seperti ditulis Kamis (29/11/2018).

Benar saja, fakta tersebut dibuktikan oleh sejumlah stasiun yang dikunjungi detikFinance selama di Jepang. Kondisi lingkungan mulai dari luar stasiun hingga masuk ke dalam kereta begitu rapi, bersih, dan nyaman untuk dikunjungi meski diisi oleh lalu lalang manusia yang begitu padat dan ramai.

Ochi mengatakan, aturan menggunakan kereta di Jepang diatur negara lewat sebuah Undang-undang tentang perilaku dalam bisnis perkeretaapian (railway business act). Setelah itu, masing-masing operator diminta membuat aturan sendiri bagaimana cara menggunakan kereta hingga aturan operasionalnya masing-masing.

"Aturan dasar dari pemerintah, kalau penumpang naik kereta harus beli karcis dan tidak boleh bawa barang-barang berbahaya ke dalam kereta," jelas Ochi.


Namun memang, tak ada aturan khusus dari pemerintah mengenai tata tertib menggunakan kendaraan umum. Masing-masing operator juga membuat kebijakan sendiri kepada penumpang agar dapat berbaris dengan teratur saat antre menunggu kereta melalui sejumlah tanda dan pengumuman di stasiun.

"Walaupun upaya sudah kami lakukan, tidak bisa dilakukan jika tidak ada kerja sama dengan penumpang. Misalnya supaya mereka mau antre di jalur yang sudah disediakan. Kami juga sering mengingatkan, melalui pengumuman dan pengeras suara misalnya. Itu akan sering Anda dengar jika Anda mengerti bahasa Jepang," ujar dia.

Di Jepang, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang tentang kesehatan untuk menghindari merokok di tempat umum. Untuk itu, saat ini banyak ditemukan di tempat umum, ruangan yang disediakan khusus untuk merokok.

"Tidak hanya di dalam kereta, di daerah stasiun juga tidak boleh merokok," tambah Ochi.

Perilaku disiplin tak hanya sampai di stasiun, namun juga di dalam kereta. Sebelum naik kereta, calon penumpang diwajibkan untuk antre di garis yang sudah diberi tanda. Jika tak mau ikut antrean, maka siap-siap saja mendapatkan rasa malu dari teguran oleh penumpang lainnya.

Kemudian, saat akan masuk ke dalam kereta, penumpang yang keluar dari dalam kereta akan selalu menjadi yang didahulukan untuk bergerak. Setelah penumpang turun, maka penumpang baru bisa masuk, masih dengan tertib sesuai barisannya.

Agar situasi di stasiun tetap nyaman sesuai dengan standar pelayanan yang diinginkan, maka masing-masing operator memiliki cara yang berbeda. Salah satunya dengan menggunakan angket yang ditujukan ke pengguna, untuk meninjau perilaku buruk seperti apa yang tidak diinginkan di stasiun.


Kemudian, lahirlah etika penggunaan kereta api. Urutan tertinggi adalah orang yang ribut di dalam kereta seperti berbicara gaduh dan berisik. Angket untuk memahami etika ini sudah dilakukan sejak 2009. Manfaatnya agar etika dalam menggunakan kereta bisa tetap terjaga dan semakin baik.

"Saya sendiri kalau naik kereta, masih banyak juga orang yang tak memahami etika. Itu masih ada sampai sekarang," kata Ochi.

Beberapa etika lainnya di dalam kereta adalah memindahkan tas punggung ke posisi depan jika kereta dalam keadaan padat. Lalu, tidak menggunakan headphone dengan suara terlalu keras sehingga terdengar oleh penumpang lain.

Penumpang juga harus mendahulukan bangku di dalam kereta untuk orang yang lebih tua. Hal ini menjadi aturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh penumpang kereta.

"Di Jepang juga ada Undang-undang, wajib memprioritaskan bagi mereka yang lanjut usia agar dimudahkan dalam menggunakan kereta," ucapnya.


Tonton juga 'Ambisi Anies Mengintegrasikan Seluruh Transportasi Umum':

[Gambas:Video 20detik]

Belajar Disiplin Pakai Transportasi Umum dari Negeri Sakura
(eds/ara)

Hide Ads