Misalnya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pria yang akrab disapa Kang Emil lewat akun Instagramnya baru saja merilis rute LRT Bandung Raya. Moda transportasi ini nantinya menjadi penghubung dari stasiun kereta cepat di Tegal Luar menuju pusat kota Bandung.
"Tahap 1 Menghubungkan Stasiun Kereta Cepat di Tegal Luar menuju pusat Kota Bandung di Stasiun Kebon Kawung. Dengan Stasiun tambahan di depan Masjid Raya Al Jabbar Gedebage," tulisnya dikutip Senin (8/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek LRT Bandung Raya akan dibangun sepanjang 16 kilometer (km) dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Sedangkan kebutuhan investasinya diperkirakan sebesar Rp 5 triliun.
"LRT Bandung Raya akan dijadikan proyek KPBU. Berarti akan dibiayai pemerintah dan investor," kara Direktur Utama Jasa Moda Transportasi (JMT) Endi Roeswendi, usai rapat terkait LRT Bandung Raya, di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (30/1/2019) lalu.
Sebelumnya juga pernah dilakukan pada Februari 2018 lalu pencanangan metro kapsul Bandung koridor 3. PT PP (Persero) menggarap proyek sepanjang 8,3 km ini dengan 11 stasiun pemberhentian.
Proyek KPBU ini menelan investasi Rp 1,38 triliun dengan skema build operate transfer (BOT). Masa konsesinya 30 tahun.
Wali Kota Bandung kala itu yang dijabat Kang Emil mengatakan proses perizinan berjalan lancar.
"IMB-nya sedang finalisasi juga, enggak ada masalah. Tapi tiang-tiang bisa dimulai. Sementara beberapa komponen seperti stasiun, infrastruktur bawah dan sebagainya masih proses berlangsung sesuai kebutuhan. Itu kenapa kalimatnya pencanangan," ujar Emil.
Rute Metro Kapsul Bandung sepanjang 8,3 km melintasi Stasiun Bandung, Jalan Oto Iskandardinata, Jalan Dalem Kaum, Jalan Dewi Sartika, Jalan Pungkur, Jalan Buahbatu, Jalan Palasari, Jalan Jenderal Ahmad Yani dan kembali ke Stasiun Bandung.
Melangkah lebih jauh ke belakang, pada 2014 sempat dibentuk perusahaan patungan antara Paghegar Group yang diwakili oleh PT Sarana Infrastruktur Indonesia (SII) dan PT Jasa Sarana (JS), yakni PT Jabar Moda Transportasi (JMT). Ini merupakan kelanjutan dalam upaya pembangunan moda transportasi monorel di Jawa Barat.
Dalam perusahaan tersebut, SII memiliki saham 20% sementara JS 80%. JS adalah Badan Usaha Milik Pemerintah Provinsi yang ikut serta menanamkan modalnya dalam pengembangan Jabar Monorail.
Pembangunan trase pertama kala itu direncanakan antara Leuwipanjang-Gedebage-Tanjungsari membutuhkan dana Rp 6-8 triliun. CMC akan memberikan pinjaman berbunga murah sebesar 70% dari total kebutuhan, dan sisanya harus disediakan oleh JMT.
Proyek monorel Bandung Raya juga sudah memiliki payung hukum berupa Peraturan Gubernur (Pergub), rencana induk perkeretaapian, dan disetujuinya 5 trase Monorel Bandung Raya.
Pertama, Leuwipanjang-Kopo-Pasir Luyu-Gedebage-Jatinangor-Tanjungsari. Kemudian Leuwipanjang-Soreang, Dago-Pasirluyu, Kopo-Cililin, dan Gedebage-Majalaya.
(ara/eds)