Trenchless sendiri merupakan teknologi konstruksi bawah tanah tanpa merusak permukaan tanah. Re-lining, produk dari Aegion Corportaion yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini juga termasuk trenchless teknologi.
"Re-lining, jadi kita masukkan materialnya semacam lapisan fiber ke dalam pipa-pipa yang, kita panaskan dengan steam. Begitu dia panas dengan steam dia akan menutup dinding-dinding pipa tersebut. Jadi akan terbentuk seperti pipa dalam pipa, nah ini juga termasuk trenchless. Karena kita tidak menggali," kata manajer marketing PT Fyfe Fibwrap Indonesia (anak perusahaan Aegion) Arusta Irianto Salinding, dalam pameran Trenchless Asia 2019, di Jiexpo, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, dengan re-lining proses perbaikan pipa-pipa di bawah tanah dapat selesai dalam hitungan hari.
"Kalau bongkar di bawah tanah kan harus pakai excavator terus baru ganti pipa. Kalau re-lining proses pekerjaannya sendiri bisa lebih cepat dalam hitungan hari, tergantung dari lokasi projeknya," tutut Arusta.
Meski cost atau biayanya cukup besar dibandingkan dengan teknologi konvensional dengan menggali, namun keunggulan re-lining ini yakni efisiensi lebih besar 20-30%.
"Kalau lihat cost awal memang besar. Tapi kalau secara keseluruhan, dari penggalian dan segala macam, kita efisiensinya mencapai 20-30% dibandingkan dengan galian," terang dia.
Namun, menurutnya untuk proyek-proyek konstruksi bawah tanah skala besar biaya re-lining ini akan lebih murah.
"Kalau projek besar akan lebih murah secara keseluruhan. Misalnya dengan gali tanah, kalau kita hanya injeksi," ungkap Arusta.
Kemudian, meski hanya sebagai lapisan, re-lining untuk pipa bertekanan tinggi, misalnya pipa gas, ketahanannya bisa mencapai 10 tahun.
"Contohnya gas, itu kan tekanan tinggi. Kita akan sesuaikan materialnya dengan tekanan tinggi. Ketahanannya bisa bertahun-tahun. Tergantung pemakaiannya, kalau sesuai standar ya bisa tahan sampai 10 tahun," imbuh dia.
Namun, hingga saat ini di Indonesia sendiri belum ada yang menerapkan re-lining ini.
"Hingga saat ini di Indonesia memang belum ada. Kita paling dekat yang pakai ini di Kuala Lumpur (Malaysia)," pungkasnya.
(dna/dna)