Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, untuk membangun pembangkit listrik sendiri tidak murah. Namun pihaknya akan mempertimbangkan itu.
"Nah ada saran untuk membangun pembangkit listrik sendiri ya, harganya mahal tapi akan kita explore," kata dia di kantornya, Kamis (15/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dia (MRT Jakarta) mulai beroperasi dengan, kalau kita sekarang kembangannya ke 230 km, dan memang kita tidak bisa mendapatkan sistem cadangan yang reliable (bisa diandalkan), MRT harus punya sistem sendiri," jelasnya.
Pihaknya pun berkaca pada Jepang. Negara tersebut sudah punya sistem kelistrikan sendiri untuk mengoperasikan kereta. Di saat yang sama, tetap ada sistem sekunder dari sistem listrik negara. Lebih lanjut, pihaknya perlu melakukan studi dulu, termasuk menghitung biaya yang dibutuhkan.
"(Jumlah kebutuhan biayanya) belum, nanti kita studikan," tambahnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merekomendasikan agar pengelola MRT Jakarta memiliki cadangan pasokan listrik. Sehingga operasionalnya tidak hanya bergantung dengan PLN.
"Untuk MRT saja (konsumsi listrik) sudah 60 megawatt (mw). Nanti kalau sudah sampai tahap kedua bisa 130 mw. MRT layak memiliki pembangkit sendiri. Sehingga tidak tergantung," ujarnya di Kemenko Maritim, Jakarta, Senin (5/8/2019).
(toy/zlf)