Menanti Jalan Tol Pertama di Kalimantan Rampung

Menanti Jalan Tol Pertama di Kalimantan Rampung

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 09 Sep 2019 08:30 WIB
4.

Pangkas Waktu

Menanti Jalan Tol Pertama di Kalimantan Rampung
Foto: Sylke Febrina Laucereno

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengungkapkan dengan jalan tol Balikpapan Samarinda ini akan memangkas waktu tempuh hingga 50%.

"Ya bisa lebih cepat separuhnya ya, kalau yang biasanya 3-4 jam bisa setengahnya saja 1,5 - 2 jam," kata Danang di Proyek Tol Balikpapan Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (8/9/2019).

Danang mengatakan, hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan produktivitas di Kalimantan Timur. "Itu signifikan ya, apalagi kami proyeksikan aktifitas 5-10 tahun akan semakin tinggi di sini," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kehadiran jalan tol yang merupakan cikal bakal jalan Trans Kalimantan ini disambut baik oleh masyarakat yang terus mendukung terbangunnya jalan tol ini hingga tahap penyelesaian. Diharapkan setelah terbangunnya jalan tol ini, akan menciptakan Kawasan perekonomian baru di Pulau Kalimantan yang sekaligus mendorong pertumbuhan Kawasan tersebut menjadi semakin lebih baik dan berkembang.

Tantangan untuk pembangunan jalan tol ini adalah masalah pembebasan lahan hingga masalah kontur tanah.

"Ada dua sebenarnya yang menjadi tantangan kami, pertama masalah lahan yang sampai saat ini kami terus kerjakan dan selesaikan. Lalu masalah engineering terkait kontur tanah yang lunak atau tanah rawa," kata Danang.

Dia menjelaskan untuk masalah tanah, pihaknya teliti melakukan pemeriksaan dan treatment khusus. Yaknu dengan memasang pancang di jembatan yang memiliki tanah lunak.

Danang menyebutkan memang proses ini memiliki biaya yang tidak sedikit. "Itu costnya mahal, kita bicara dengan BUJT dan progressnya cukup baik," jelas dia.

Dia menyampaikan di simpang susun Samboja akan dilakukan percepatan untuk mencapai target penyelesaian Oktober. Danang menyebut telah meminta BUJT dan kontraktor yang mengerjakan secara shift jika perlu 24 jam.

"Di beberapa tempat kan ada persoalan pancang dan jembatan yang melayang. Pola kerja yang diubah shift ditambah menggunakan teknologi baru," imbuh dia.

(kil/ang)
Hide Ads