"Kami survei sekitar 500 lintasan sebidang yang harus steril baik dengan flyover di kota masih bisa. Kalau di desa lebih baik underpass, kemudian JPO juga ada," kata Basuki di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Basuki, pengganti lintasan sebidang tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Menurutnya, flyover lebih cocok di perkotaan karena banyak kendaraan bermotor. Sehingga, kalau di desa lebih cocok underpass menyesuaikan aktivitas warga yang banyak berjalan kaki, bersepeda, dan membawa gerobak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia membenarkan soal ada 1.992 lintasan sebidang dari Jakarta hingga Surabaya yang akan dilalui Kereta Kencang JKT-SBY. Namun, menyesuaikan panjang rel yakni 715 kilometer (km), maka akan ada beberapa lintasan sebidang yang ditutup.
"715 km kalau ada 1900-an jadi setiap berapa meter? Jadi pasti ada yang ditutup. Mungkin kalau berdekatan bisa dijadikan satu, itu makanya perlu disurvei. Dulu ada 800 lintasan, jadi satu km itu satu (lintasan sebidang). Sekarang semua diambil optimalisasinya, survei awal sekitar 500 mungkin nanti bisa tambah," papar Basuki.
Ia mengatakan, biaya untuk pensterilan 500 lintasan sebidang ini sudah termasuk dalam nilai investasi keseluruhan proyek, yakni Rp 60 triliun.
"Sudah (masuk dalam) investasi tadi (Rp 60 triliun)," pungkas Basuki.
(hns/hns)