Bandara-bandara tersebut yakni Tjilik Riwut (Palangkaraya), Radin Inten II (Lampung), HAS Hanandjoeddin (Belitung), dan Fatmawati Soekarno (Bengkulu).
Penandatangan perjanjian KSP telah dilakukan antara PT Angkasa Pura II dengan Kementerian Perhubungan. Sejalan dengan itu, Bandara Tjilik Riwut sejak akhir 2018 telah resmi dikelola PT Angkasa Pura II, sementara 3 bandara lainnya menyusul pada 1 Januari 2020 mendatang.
Tidak hanya sebagai pengelola, di 4 bandara itu PT Angkasa Pura II juga akan melakukan berbagai pengembangan dan pembangunan infrastruktur.
Untuk 30 tahun ke depan, PT Angkasa Pura II telah menyiapkan investasi Rp 480 miliar untuk pengembangan di Tjilik Riwut, untuk Radin Inten II sebesar Rp 500 miliar, sementara untuk HAS Hanandjoeddin sebesar Rp 559,9 miiar dan di Fatmawati Soekarno sebesar Rp 600 miliar. Totalnya mencapai Rp 2,139 triliun
Sejalan dengan itu, Kamis (21/112019) lalu PT Angkasa Pura II telah menggelar Focus Group Discussion (FGD) guna mendapat berbagai masukan dari stakeholder terkait strategi dan rencana pengembangan dan pengelolaan bandara-bandara tersebut.
President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin meyakini dengan pengalaman yang dimiliki Angkasa Pura II, aspek bisnis di 4 bandara tersebut akan meningkat. Termasuk mengubah keadaan bandara yang masih merugi menjadi untung.
"Aspek pengelolaan aset dan kegiatan usaha tidak bisa kita pisahkan. Pengelolaan harus mengikuti aturan dan peran yang benar, comply, dan menganut prinsip kehati-hatian," ujarnya.
(zlf/zlf)