Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin berharap, dengan dua infrastruktur baru tersebut Bandara Soetta yang merupakan bandara tersibuk di Indonesia dapat bekerja maksimal melayani penumpang.
"Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia, dan berbagai pengembangan yang ada di sana akan turut mendorong tumbuhnya sektor kebandarudaraan nasional. Selain itu, Soekarno-Hatta juga akan semakin optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Indonesia," ujar Awaluddin dalam keterangan resminya, Senin (23/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, untuk meningkatkan pelayanan, AP II melakukan inovasi dengan teknologi seperti artificial intelligence, internet of things, big data analytics, roboting, automation, virtual reality hingga augmented reality.
"Angkasa Pura II akan ikut mendorong kinerja sektor kebandarudaraan dan industri penerbangan nasional ke level yang lebih tinggi dari sekarang, tidak berkutat di hal-hal konvensional. Kita ingin mewujudkan era baru berbasis infrastruktur digital di pelayanan kebandarudaraan," jelas Awaluddin.
Salah satu penerapan inovasi tersebut yaitu peralatan otonom (autonomous equipment) untuk membersihkan lantai di Terminal 3. Pasalnya, Terminal 3 adalah terminal penumpang pesawat terbesar di Indonesia. Luas terminal ini mencapai sekitar 420.000 meter persegi dengan lalu lintas pergerakan penumpang pesawat bisa mencapai 25 juta penumpang setiap tahunnya.
Sebagai upaya tetap menjaga tingkat kebersihan lantai yang sempurna khususnya di area seluas itu ditambah dengan ramainya penumpang, Angkasa Pura II mulai Agustus 2019 menempatkan dua unit mesin pembersih lantai berbasis robot (robotic scrubber drier) di Terminal 3.
Berbagai upaya peningkatan pelayanan tersebut harapannya bisa menggenjot kinerja perusahaan dalam mengelola Bandara Soetta. Pasalnya, selama tahun 2019 ini, jumlah penumpang secara nasional turun 18-20% dibandingkan tahun 2018 karena tingginya harga tiket pesawat.
Namun, dari segi pendapatan perusahaan masih meningkat 1% dibandingkan tahun 2018. Sepanjang Januari - Desember 2019, PT Angkasa Pura II diperkirakan meraup pendapatan mencapai Rp9,53 triliun dibandingkan dengan Januari - Desember 2018 sebesar Rp9,48 triliun.
Dalam mempertahankan kinerja keuangan perusahaan meski jumlah penumpang turun drastis, AP II melakukan beberapa upaya seperti memperluas portofolio bisnis, melakukan efisiensi, serta meningkatkan traffic di rute internasional.
"Melalui strategi itu, PT Angkasa Pura II kini perlahan-lahan tidak lagi bergantung dari pendapatan passenger service charge (PSC), sehingga pendapatan perseroan tetap dapat tumbuh kendati jumlah penumpang pesawat turun," pungkas Awaluddin.
(zlf/zlf)