HK juga menerbitkan surat utang sebesar US$ 600 juta untuk melanjutkan pembangunan JTTS di ruas Binjai-Langsa, Bukit Tinggi-Padang, Pekanbaru-Bukit Tinggi, Indralaya-Muara Enim, Lubuk Linggau- Bengkulu dan ruas Sigli-Banda Aceh.
"Kami juga berhasil mendapatkan pinjaman sebesar Rp 34,7 triliun di mana salah satunya berasal dari global bond US$ 600 juta," jelas Hilda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan tingginya kebutuhan pendanaan tersebut, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) perusahaan meningkat.
"DER perusahaan kami pada akhir 2019 sudah cukup tinggi mencapai 2,78 kali. Mungkin sebagai benchmark untuk komersial biasanya DER yang diinginkan oleh perbankan atau kreditur adalah 2,25 kali. Namun DER yang tinggi ini sebenarnya sebagian besar berasal daripada utang-utang yang dijamin Pemerintah terkait dengan pembangunan JTTS," ujar Hilda.
Meski begitu, karena proyek JTTS juga total aset dan nilai ekuitas dari perusahaan meningkat.
"Perusahaan kami sebelum penugasan total aset kami hanya Rp 12,3 triliun, namun naik menjadi Rp 91,6 triliun di akhir 2019. Semuanya ini adalah karena pembangunan dari JTTS. Nilai ekuitas kami juga pada tahhun 2015 hanya sebesar Rp 5 triliun dan naik menjadi Rp 22,9 triliun, mostly dari setoran Pemerintah terkait pembangunan JTTS," tutupnya.
Simak Video "Video: Tol Jakarta-Tangerang Terendam Banjir Imbas Luapan Kali Sabi"
[Gambas:Video 20detik]
(hns/hns)