Nilainya Bengkak Jadi Rp 113 T, Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Bakal Diaudit

Nilainya Bengkak Jadi Rp 113 T, Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Bakal Diaudit

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 02 Sep 2021 11:55 WIB
Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung terus dikebut. PT KCIC pun mengklaim progres pembangunan proyek kereta cepat itu sudah mencapai 77,92 persen.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung memunculkan masalah baru. Proyek kereta api yang dikerjakan antara pihak Indonesia dan China mengalami pembengkakan anggaran hingga mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 26,9 triliun (dalam kurs terkini Rp 14.200).

Pembengkakan biaya proyek ini terjadi usai adanya keterlambatan pengerjaan pada proyek ini. Di sisi lain, pihak PT KAI (Persero) justru mengendus masalah sebenarnya sudah terjadi sejak uji kelayakan proyek ini.

Bahkan, Dirut PT KAI Didiek Hartantyo menyatakan pihaknya dan pemerintah sudah membentuk audit investigatif untuk proyek ini. Hal ini diungkapkan Didiek saat merespons permintaan audit dari para anggota DPR Komisi VI saat melakukan rapat kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Audit investigatif kami sedang bahas dengan Kemenkeu dan BUMN. memang ini harus ada cut off, pertanggungjawaban dari awal sampai saat ini," ungkap Didiek dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu (1/9/2021).

"Kami sama konsultan ini akan konsultasi ke BPKP, BPK akan belakangan," katanya.

ADVERTISEMENT

Didiek juga mengusulkan kepada para anggota dewan agar dibuatkan forum khusus secara tertutup untuk buka-bukaan masalah yang terjadi pada proyek ini. Dengan forum tersebut, dia berharap semua masalah dapat diidentifikasi dan bisa ditemukan solusi.

"Masalah restrukturisasi dan koreksi semuanya ini harus end to end kita ungkap semua masalahnya. Saya sepakat untuk dibikin tertutup rapat saja pak, dikaji semua dan perbaikan menyeluruh," ungkap Didiek.

Lanjut ke halaman berikutnya

Lihat Video: Penampakan Pembangunan Jembatan Tertinggi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

[Gambas:Video 20detik]



Sebagai informasi saja, KAI sendiri merupakan salah satu anggota dari perusahaan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PT PSBI bekerja sama dengan Beijing Yawan membentuk PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan ini bertanggung jawab pada pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung.

PT PSBI dijalankan oleh 4 BUMN. Rincinya, Wijaya Karya dengan porsi saham 38%, KAI dengan porsi 25%, Jasa Marga dengan porsi 12%, dan sisanya PTPN VIII dengan porsi 25%.

Melihat porsi itu, Didiek juga mengeluh. Pasalnya pemimpin konsesi pihak Indonesia justru Wijaya Karya yang merupakan perusahaan konstruksi, padahal proyek yang berjalan adalah proyek kereta api.

"Komunikasi Indonesia China ini nggak smooth. Bisa dibayangkan, lead-nya ini kan Wijaya Karya, perusahaan konstruksi, sekarang yang dibangun kereta api. Tapi, orang saya ini orang kereta api, pimpinannya orang konstruksi nyambung nggak bahasanya," ungkap Didiek.

Maka dari itu, kini KAI menurut Didiek diminta Kementerian BUMN untuk memimpin konsesi Indonesia dalam mengerjakan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

"Setelah masalah ini, Pak Erick dan Pak Wamen mari kita luruskan apa yang selama ini belum lurus," papar Didiek.


Hide Ads