Jakarta -
Bandara Kertajati sejak mulai operasi di tahun 2018 belum banyak menarik penumpang. Bandara internasional di Jawa Barat ini dinilai masih sepi, apalagi tahun ini bisnis penerbangan dihantam pandemi.
Meski begitu, Direktur Utama PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Salahuddin Rafi menegaskan sebetulnya sudah ada pasar penerbangan yang terbentuk di Kertajati. Setidaknya, hal ini sudah terbentuk sebelum pandemi menyerang bisnis bandara.
Dia mengatakan Kementerian Perhubungan sudah melakukan penataan rute untuk menarik penerbangan domestik dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung ke Kertajati. Beberapa rute dipindah dari Husein ke Kertajati, misalnya ke Balikpapan, Ujung Pandang, Semarang, Surabaya, Medan, hingga Samarinda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Captive market juga sudah terbentuk karena ada penataan rute dari Husein. Propeller di sana, jetnya di sini. Balikpapan, Ujung Pandang, Semarang, Surabaya, Kualanamu, Samarinda," ungkap Rafi dalam acara Blak-blakan detikcom.
Bahkan buka cuma yang domestik saja, yang internasional juga ada. Paling besar adalah rute dari dan ke Malaysia, Rafi bahkan mengatakan Malaysia Airline sudah menjadikan Kertajati homebase penerbangan internasional di Indonesia.
"Internasionalnya ada dari Malaysia. Malah Malaysia Airline itu jadikan homebase di sini, Kertajati-Kuala Lumpur-Jeddah," papar Rafi.
Kemudian beberapa maskapai juga melakukan penerbangan direct alias langsung ke luar negeri, mulai dari Garuda Indonesia hingga Lion Air Group yang membuka rute Kertajati ke Jeddah.
"Lalu, yang direct itu Garuda dan Lion Air, Kertajati-Jeddah. Citilink karena pakai A-320 Kertajati-Hyderabad, India-Jeddah. Itu semua sudah berjalan," ungkap Rafi.
Lanjut ke halaman berikutnya
Bicara soal potensi penumpang, Rafi menjelaskan sesuai analisa pihaknya sebetulnya ada potensi perjalanan sebanyak 6,5 juta penumpang per tahun. Jumlah itu tersebar di cakupan area atau catchment Bandara Kertajati.
Sampai April 2020 sendiri, di mana Kertajati terakhir kali melayani penerbangan, sudah ada sekitar 6.300 penerbangan yang dilayani Bandara Kertajati. Total penumpangnya ada 600 ribu lebih.
"Catchment area Bandara Kertajati itu dari Karawang, sampai Jawa Tengah bagian barat, Brebes, Tegal, itu catchment areanya hasil survei origin and destination kita itu demand-nya 6,5 juta penumpang per tahun. 4,2 jutaan di Bandung Kota," jelas Rafi.
Khusus pasar domestik, dia bilang kemungkinan di 2023 akan mulai bertumbuh. Hal itu bisa terjadi bila perjalanan dinas dari kementerian dan lembaga pemerintah bisa kembali berjalan.
"Prediksi saya 2023 ini domestiknya ini, pasar domestik kita kuat. Selama pandemi menjadi endemi, perjalanan dinas akan timbul lagi. Contoh deh, SWI, BPPK, BPKP, kan nggak mungkin dia ngecek fisik landasan lewat Zoom harus tetap ke lokasi juga," papar Rafi.
Kemudian, bila perguruan tinggi kembali dibuka lagi untuk kuliah secara langsung kemungkinan juga akan meramaikan pasar penerbangan.
"Kemudian kalau kampus sudah masuk lagi, wisuda dan penerimaan tadi, pasti kan harus gunakan transportasi udara itu. Jadi ya kami tetap optimis lah," ungkap Rafi.
Rafi juga mengatakan untuk rute internasional yang bakal jadi andalan adalah penerbangan umrah, apalagi jemaah Jawa Barat menurutnya setahun bisa sampai 200 ribuan orang.
Berdasarkan informasi Konsulat Jenderal Jeddah yang diterima Rafi memang otoritas setempat sedang menguji dan simulasi praktik umrah di tengah pandemi. Kemungkinan, bulan November atau Desember pintu umrah akan dibuka lagi.
"Upaya kedua itu umrah, jemaah Jawa Barat itu terbesar di Indonesia, hampir 30-40 ribuan kali jamaah, per tahun 200 ribuan kali ada. Ini sudah pada siap semua, meskipun sudah diminta harus tambah suntik booster pun," papar Rafi.