Sementara di lokasi kedua, yakni DK43 Kawasan THK, Luhut menyimak langsung penjelasan dari Iskandar Purba selaku Project Manager Wika HSR mengenai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek KCJB.
"Tantangan pada titik pekerjaan ini adalah perlunya sinkronisasi antara pekerjaan Balanced Cantilever, seiring dengan dilakukannya pekerjaan penurunan jalan THK dan secara kontinyu dilanjutkan dengan pemasangan segmental box girder," papar Iskandar saat mendampingi Luhut di area DK43 kawasan THK.
Menanggapi penjelasan tersebut, Luhut menekankan jika kendala teknis yang dihadapi selama pengerjaan proyek KCJB harus mendapat perhatian serius agar pelaksanaannya tidak merugikan warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa kendala teknis yang perlu diperhatikan, jangan sampai merugikan rakyat, terutama yang tinggal di sekitar lokasi proyek," paparnya.
Hingga saat ini, PT KCIC terus melakukan upaya percepatan pembangunan KCJB guna mengejar target operasi yang ditetapkan pada akhir 2022.
GM Corporate Secretary PT KCIC Mirza Soraya menyebutkan percepatan pembangunan adalah salah satu konsen PT KCIC jelang target operasi di akhir 2022.
Tak hanya itu, beberapa aspek lain yang diperlukan untuk percepatan pembangunan pun sudah terpenuhi, seperti 11.805 batang rel untuk seluruh trase KCJB yang telah dating langsung dari China.
Mirza menyebutkan, saat ini seluruh batang rel tersebut sudah dikirm ke Depo Tegalluar, Cileunyi, Jawa Barat untuk dilakukan proses welding atau pengelasan agar menjadi rel sepanjang 500 meter.
Selain itu direncanakan di tahun ini hingga awal tahun, pembangunan struktur tunnel dan stasiun sudah rampung. Saat ini, rangkaian kereta cepat atau Electric Multiple Unit (EMU) dan kereta inspeksi, Comprehensive Inspection Train (CIT) sedang dalam tahap produksi di Tiongkok. Jika tidak ada kendala, EMU dan CIT direncakan tiba di Indonesia pada pertengahan tahun mendatang.
Mengenai kendala pembangunan, Mirza menyebut ada beberapa kendala di lapangan yang sebagian telah diatasi. Kendala-kendala tersebut antara lain antara lain adalah relokasi fasos-fasum seperti jalan akses, SUTT, hingga jaringan pipa PDAM.
PT KCIC bersama dengan konsorsium kontraktor dan stakeholder terkait terus melakukan diskusi dan pembahasan agar persoalan relokasi fasos-fasum ini bisa segera selesai.
"Kami selalu melakukan koordinasi dan diskusi secara intensif ketika ada persoalan yang ditemui dalam pembangunan. Dengan begitu, setiap kendala bisa dengan cepat teratasi," jelasnya.
Untuk diketahui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Badan Usaha Milik Negara Indonesia (BUMN) melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co.Ltd, dengan bisnis utama di sektor transportasi publik dengan skema business to business (B2B).
Hadir untuk mengembangkan infrastruktur transportasi massal perkeretaapian tanah air, PT KCIC saat ini merupakan pemilik proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah Indonesia sesuai dengan Perpres No. 3/2016.
(wip/dna)