Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sedang mengalami pembengkakan biaya proyek, meski begitu proyek ini diupayakan agar bisa terus berjalan. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun memutuskan untuk memberikan dukungan APBN kepada proyek ini.
Lain Indonesia, lain lagi Malaysia. Di negara tetangga sejatinya juga punya proyek kereta cepat macam di Indonesia. Namun, kala biayanya bengkak proyek itu justru dihentikan, padahal pembangunan sudah mulai dilakukan.
Dalam catatan detikcom, yang dihimpun Kamis (14/10/2021), pada akhir tahun 2020, Malaysia memilih menghentikan proyek kereta cepat atau Proyek High-Speed Rail (HSR) yang telah disepakati sejak 2016 silam. proyek ini digarap Malaysia bekerjasama dengan Singapura, dengan niatan menghubungkan pusat kota dari kedua negara.
Penghentian itu berakhir tepatnya pada 31 Desember 2020. Hal itu dilakukan karena kedua belah pihak tidak menemukan titik kesepakatan baru, salah satunya soal biaya proyek yang bertambah. Belum lagi, kondisi ekonomi Malaysia yang tidak memungkinkan di tengah pandemi COVID-19.
"Kedua Pemerintah telah melakukan beberapa diskusi terkait perubahan tersebut dan belum dapat mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, Perjanjian HSR telah berakhir pada 31 Desember 2020," kata para pemimpin Malaysia-Singapura, dikutip dari Channelnewsasia.
Malaysia nekat untuk membatalkan proyek itu meski harus membayar kompensasi kepada Singapura untuk biaya pembangunan yang telah dikeluarkan. Hingga Maret 2021, Malaysia diketahui telah membayar kompensasi sebanyak 102 juta dolar Singapura.
Sementara, biaya yang telah dikeluarkan Singapura untuk proyek tersebut lebih dari 270 juta dolar Singapura.
Asal tahu saja, transportasi kereta cepat sepanjang 350 kilometer (km) ini rencananya dibangun untuk menghubungkan dua pusat bisnis, yaitu Singapura dan Kuala Lumpur. Kehadiran kereta cepat ini disebut dapat memangkas waktu tempuh dari 4 jam lebih menjadi 90 menit saja.
Nah kalau di Indonesia ceritanya justru berbeda, proyek ini diprediksi akan membengkak biaya proyeknya hingga mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 26,9 triliun (dalam kurs Rp 14.200).
Bila ditotal dengan biaya saat ini, proyek kerja sama Indonesia-China ini telah menembus US$ 7,9 miliar atau mencapai Rp 113 triliun.
Lanjut membaca ke halaman berikutnya
Simak Video " Video: Whoosh Pecahkan Rekor, Angkut 25.800 Penumpang dalam Sehari"
(upl/zlf)