Aloy mengatakan saat ini skema asset recycling kelima ruas masih belum masuk ke dalam tahap penawaran umum kepada berbagai potensial investor. Tetapi Hutama Karya terus melakukan komunikasi dengan berbagai investor baik lokal maupun luar.
Bagi investor lokal, hal tersebut dilihat sebagai investasi yang sangat besar dan prospek ke depan. Namun, investor luar dan Indonesia Investment Authority (INA) melihat proyek ini sebagai jangka panjang.
"Kebetulan INA ini milik pemerintah juga, sehingga mereka juga ditugasi masuk membantu investasi dan pendanaan-pendanaan infrastruktur. Kemungkinan mereka masuknya ke equity yaitu memiliki bukan meminjamkan uang," jelas Aloy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal potensi nilai investasi, Aloy mengungkapkan potensinya yaitu asal tidak rugi. Hal ini dikarenakan bila melihat investasi jangka pendek maka infrastruktur milik Astra infrastruktur, WIKA, Waskita lebih menarik.
"Sumatera pilihan lebih bagus untuk jangka panjang, sebagaimana dilihat dari investor global yang melihat tol (JTTS). Potensi nilai yang kita recovery, syukur-syukur kalau ada untung untuk menutupi outstanding debt," ujar Aloy.
Aloy melanjutkan dari 5 ruas tol tersebut, kelimanya ditawarkan kepada investor potensial. Namun dari hasil pembicaraan yang dilakukan, dari 5 ruas tol mengerucut ke 3 ruas tol yaitu Medan-Binjai, Terpeka, dan Bakter.
Tetapi, untuk ketiga ruas tol tersebut sampai saat ini masih belum ada deal dan ditargetkan paling lambat bulan Juni. Saat ini kurang lebih tahapannya hanya saling menaksir saja belum ada pengikat.
"Setelah itu ketika sudah menunjukkan keseriusan, kita membolehkan mereka masuk nanti dilihat baik dari legal, finansial, operasional, mereka akan datang dan lihat ketiga jalan tersebut untuk membuktikan, nah itu balik lagi baru melakukan penawaran terakhir," ucap Aloy.
Sebagai informasi, Hutama Karya melakukan asset recycling sebagai salah satu alternatif pembiayaan untuk membangun ruas tol JTTS lainnya. Selama ini HK menggunakan pinjaman sebagai sumber pembiayaan pembangunan JTTS dan kondisi keuangan HK saat ini belum memungkinkan untuk melakukan pinjaman.
(fhs/ega)