China Tetap Cuan Gede Meski Kereta Cepat Baru Balik Modal 40 Tahun

China Tetap Cuan Gede Meski Kereta Cepat Baru Balik Modal 40 Tahun

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 02 Mar 2022 10:09 WIB
Sejumlah anak bermain di area proyek pembangunan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/1/2022). Presiden Joko Widodo berharap, uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung yang saat ini sudah mencapai 79,9 persen sudah bisa dilakukan pada akhir tahun 2022, dan sudah siap operasional pada bulan Juni 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI

2. Adanya penggunaan produk dan tenaga kerja dari China

Keuntungan lain yang didapatkan oleh China tentulah serapan tenaga kerja maupun produk impor asal China. Proyek ini diketahui melibatkan cukup banyak TKA China.

Penggunaan banyaknya TKA China di proyek ini bahkan sempat menuai polemik. Sebut saja seperti pengguna tukang las rel yang harus didatangkan dari sana.

Dikatakan bahwa penggunaan jasa tukang las dari luar ini diperlukan karena dalam proses pengerjaan rel kereta menggunakan teknologi yang belum bisa dilakukan oleh tenaga kerja lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melalui akun Twitter-nya, Jumat (11/02/2022), menjelaskan mengenai keahlian yang harus dimiliki tukang las proyek KCJB. Dikatakan bahwa untuk melengkapi rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) terbaru dengan spesifikasi terbaik, rel 60 yang berstandar tinggi, tidak lengkap jika treatment terhadap rel tidak menggunakan standar terbaik.

"Untuk itu, pengelasan rel KCJB dilakukan dengan metode Flash-butt welding dengan mesin UN-200 dari Tiongkok, Sobat," jelasnya, dalam @KeretaCepatID.

ADVERTISEMENT

Proses pengelasan rel KCJB dengan UN-200 ini berlangsung di fasilitas Welding Factory yang berada di Depo Tegalluar Track Laying Base KCJB. Dengan melakukan pengelasan di factory welding, mutu sambungan rel dapat lebih terkontrol.

"Jadi, cara kerja dari Flash-butt welding adalah dengan memanaskan kedua batang rel yang akan disambung dengan mesin UN-200. Setelah mencapai suhu yang dibutuhkan, kedua ujung barang rel tersebut disambung dengan tekanan tertentu hingga benar-benar menyatu dengan sempurna." ujarnya.

Dengan kecanggihannya, mesin UN-200 mampu memberikan kualitas sambungan yang konsisten pada setiap rel. Karena itulah, diperlukan tukang las khusus untuk mengoperasikannya.

"Tukang Las UN-200 mampu merekam perubahan tekanan dan suhu sambungan selama pemanasan dan pendinginan berlangsung, serta mengidentifikasi sambungan secara otomatis," tutup KCIC.

Jadi secara tidak langsung, selama proses pembangunan mega proyek ini, pemerintah China telah mendapatkan keuntungan dari penyerapan tenaga kerja serta penggunaan alat asal Negeri Tirai Bambu Tersebut.


(fdl/fdl)

Hide Ads