Pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bisa dibilang tak selalu mulus. Dalam perjalanannya, proyek ini menghadapi sejumlah persoalan yang berarti. Sebut saja, target rampung yang molor dari rencana, pembengkakan biaya hingga isu ketenagakerjaan.
Setahun menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China, Dwiyana Slamet Riyadi mengakui tugas yang diembannya tidak mudah. Namun, ia menganggapnya sebagai amanah dari pemerintah yang harus dijalankan.
"Saya pikir semuanya sama sih, kalau ini sudah menjadi amanah, karena kan kalau kami di KAI mungkin juga di perusahaan lain atau BUMN lain, kita kan nggak bisa milih. Kalau sudah ada penugasan apalagi keluar SK ya itulah amanah," kata Dwiyana saat merespons penunjukannya sebagai direktur utama dalam program Ask d'Boss detikcom.
Dwiyana mengatakan, ada tiga utama yang mesti ia jalankan. Pertama, memastikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung selesai dengan baik. Kedua, perbaikan tata kelola dari proyek dan perusahaan. Ketiga, menekan pembengkakan biaya atau cost overrun.
"Ini menjadi amanah yang luar biasa berat, tapi ya amanah itu harus kami laksanakan dengan segala konsekuensi dan dengan segala kondisi di mana semua orang tahu bahwa pada saat kami masuk pun masih banyak hal yang harus diberesin, dan dimulai evaluasi atas perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan konstruksi, dan tentunya tahapan paling kritikal nantinya juga adalah persiapan operasi dan maintenance," paparnya.
Tak cuma itu, Dwiyana juga bercerita mengenai kesulitan yang dihadapi di lapangan. Salah satunya, sulitnya menembus terowongan hingga harus mendatangkan ahli dari China.
Selain itu, ia juga bicara mengenai rencana Presiden China Xi Jinping menengok proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut. Selengkapnya tonton di Ask d'Boss.
(acd/eds)