Biaya Tol Trans Sumatera Bengkak Jadi Rp 572 T, Ternyata Ini Penyebabnya!

Biaya Tol Trans Sumatera Bengkak Jadi Rp 572 T, Ternyata Ini Penyebabnya!

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 25 Agu 2022 11:36 WIB
Hutama Karya mempercepat pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Tahap I.
Foto: Hutama Karya
Jakarta -

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan butuh Rp 572 triliun untuk menuntaskan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Nilai itu lebih besar dari rencana semula Rp 547 triliun berdasarkan pemberitaan detikcom di 2021.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan peningkatan biaya investasi Jalan Tol Trans Sumatera dipengaruhi oleh perubahan jadwal pembangunan. Selain itu, saat ini perkiraan biaya sudah lebih akurat seiring dengan pelaksanaan Detail Engineering Design (DED) yang lebih lengkap.

"Pembangunan JTTS di beberapa ruas terkendala oleh adanya peningkatan eskalasi biaya konstruksi, perubahan struktur bangunan, termasuk adanya jalur-jalur konservasi satwa. Pembebasan lahan di beberapa daerah juga masih mengalami hambatan atau kemajuan yang mungkin tidak sesuai dengan rencana," kata Luky dalam Workshop Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Pembangunan JTTS, Kamis (25/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebutuhan pendanaan penyelesaian JTTS sekaligus dalam waktu bersamaan kalau kita bangun semua itu akan membutuhkan angka sebesar Rp 572 triliun. Makanya kita tahu ini sangat berat bagi kita semua, bagi APBN khususnya, maka dari segi pemerintah pembangunan JTTS ini perlu dilakukan secara bertahap," tambahnya.

Di sisi lain, Luky menilai Internal Rate of Return (IRR) di sebagian besar ruas Jalan Tol Trans Sumatera sangat rendah. IRR ini merupakan parameter pengukuran analisa suatu proyek atau investasi yang sering digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan suatu investasi.

ADVERTISEMENT

"Dari 13 ruas JTTS tahap I, IRR proyek hanya ada di kisaran 3-12% bahkan hanya ada 6 proyek yang IRR-nya di atas 10%," bebernya.

Dengan biaya tidak sedikit, Luky mendorong PT Hutama Karya (Persero) selaku pelaksana proyek Jalan Tol Trans Sumatera agar terus mencari alternatif pembiayaan yang inovatif dan kreatif. Dengan kata lain tidak hanya mengandalkan biaya dari APBN dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Kalau dulu mungkin hanya bergantung dari instrumen PMN, sekarang kita punya instrumen penjaminan, ada namanya dukungan konstruksi, kita bisa menjual berbagai fitur-fitur seperti yang berkaitan dengan pembangunan hijau, pembangunan yang sifatnya mendukung SDG's. Itu yang harus coba kita kembangkan terus supaya kita bisa menyelesaikan JTTS ini secara keseluruhan sampai tahap III," tutur Luky.

Untuk diketahui, Jalan Tol Trans Sumatera direncanakan memiliki 28 ruas dengan total panjang 2.813 kilometer (km) yang pembangunannya dibagi dalam 4 tahap. Pembangunan tahap I sudah menyelesaikan 523 km beroperasi dari ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter), Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka), Tol Palembang-Indralaya (Palindra), Tol Pekanbaru-Dumai (Permai), serta Tol Medan-Binjai (Mebi), Sigli-Banda Aceh (30 km).

Ada beberapa ruas tol yang direncanakan beroperasi di tahun ini seperti Sigli-Banda Aceh (44 km), Simpang Indralaya-Prabumulih-Muara Enim, Pekanbaru-Bangkinang, dan Tanah Penanjung-Bengkulu.

"(Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera) tahap II menghubungkan dari Jambi sampai Pekanbaru. Sementara untuk tahap III dan IV karena memang ada prioritas dalam penyusunan anggaran, sehingga nanti mungkin akan dilaksanakan beyond 2024," kata Direktur Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR Reni Ahiantini.




(aid/zlf)

Hide Ads