Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengungkapkan butuh Rp 572 triliun untuk menuntaskan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Nilai itu lebih besar dari rencana semula Rp 547 triliun.
Peningkatan biaya investasi Jalan Tol Trans Sumatera disebut dipengaruhi oleh perubahan jadwal pembangunan. Selain itu, saat ini perkiraan biaya sudah lebih akurat seiring dengan pelaksanaan Detail Engineering Design (DED) yang lebih lengkap.
"Pembangunan JTTS di beberapa ruas terkendala oleh adanya peningkatan eskalasi biaya konstruksi, perubahan struktur bangunan, termasuk adanya jalur-jalur konservasi satwa. Pembebasan lahan di beberapa daerah juga masih mengalami hambatan atau kemajuan yang mungkin tidak sesuai dengan rencana," kata Luky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan biaya tidak sedikit, Luky mendorong PT Hutama Karya (Persero) selaku pelaksana proyek Jalan Tol Trans Sumatera agar terus mencari alternatif pembiayaan yang inovatif dan kreatif. Dengan kata lain tidak hanya mengandalkan biaya dari APBN dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Kalau dulu mungkin hanya bergantung dari instrumen PMN, sekarang kita punya instrumen penjaminan, ada namanya dukungan konstruksi, kita bisa menjual berbagai fitur-fitur seperti yang berkaitan dengan pembangunan hijau, pembangunan yang sifatnya mendukung SDG's. Itu yang harus coba kita kembangkan terus supaya kita bisa menyelesaikan JTTS ini secara keseluruhan sampai tahap III," tutur Luky.
(aid/hns)