Menguak Masalah di Balik Tol BSD Langganan Banjir

Menguak Masalah di Balik Tol BSD Langganan Banjir

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 30 Sep 2022 20:00 WIB
Jalan Tol BSD mengalami banjir hingga setinggi 30 cm. Banjir disebabkan hujan deras yang melanda wilayah Tangsel dan sekitarnya pada sore tadi. (dok Istimewa)
Foto: Jalan Tol BSD mengalami banjir hingga setinggi 30 cm. Banjir disebabkan hujan deras yang melanda wilayah Tangsel dan sekitarnya pada sore tadi. (dok Istimewa)
Jakarta -

Belakangan ruas tol Pondok Aren-Serpong atau yang biasa dikenal sebagai Tol BSD belakangan ini telah menjadi langganan banjir. Terakhir, jalan tol yang terletak di Tangerang Selatan itu mengalami banjir dan terpaksa ditutup pada Jumat 23 September pekan lalu.

Itu bukan kali pertama tol ini kebanjiran, di bulan September saja jalan Tol BSD sudah dua kali mengalami kebanjiran.

Dalam catatan detikcom, Tol BSD sempat banjir setelah diguyur hujan deras Jumat pekan lalu. Genangan air muncul di jalan Tol BSD KM 8 sesaat setelah hujan deras. Tol BSD pun ditutup dengan menyisakan antrean panjang kendaraan yang mau masuk tol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mohon maaf perjalanan Anda terganggu. Info terkini, 23 September 2022, pukul 16.27 WIB terjadi genangan pada KM 8+550A Ruas Tol Pondok Aren Serpong. Pengguna jalan diimbau untuk menggunakan jalan alternatif lain," tulis pengelola tol di akun Instagram resminya, @infobsdtol, dilihat detikcom, Jumat (23/9/2022).

Dalam unggahan di akun Twitternya, @infotolbsd, pengelola Tol BSD mengunggah situasi terkini yang terekam di CCTV jalan tol, di sana mulai terlihat banyak kendaraan yang menunggu dan mengantre di jalan tol BSD. Nampak kemacetan panjang sudah terlihat di jalan tol tersebut akibat banjir yang terjadi.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, situasi banjir yang terjadi nampak terlihat pada unggahan akun Twitter @NTMCLantasPolri. Dari foto yang diunggah nampak terlihat banjir telah mencapai lutut orang dewasa.

"16.59 Banjir di KM.08 Tol BSD, pengendara dari arah Pd Indah menuju Serpong bisa keluar di Exit Pd Ranji/Bintaro Exchange," tulis akun tersebut.

Di awal September pun Tol BSD sempat kebanjiran juga. Titik banjirnya pun ternyata sama, di KM 8 juga. Tol BSD pun ditutup juga saat itu. Banjir kala itu disebut sudah mencapai 40 ketinggiannya.

"Mohon maaf terjadi genangan di KM 08 ruas tol Pondok Aren-Serpong, Lalin arah Jakarta, dan arah BSD ditutup, agar gunakan jalur alternatif lain," tulis akun twitter Tol BSD, dilihat detikcom, Sabtu (10/9/2022) yang lalu.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Biang Kerok Tol BSD Langganan Banjir

Menurut Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang biang kerok yang membuat Tol BSD menjadi langganan banjir ternyata cukup besar dan meluas. Menurut Deddy, biang kerok utama Tol BSD kerap kebanjiran adalah buruknya rencana tata guna lahan yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang Selatan.

Tol BSD sendiri sudah cukup tua umurnya, Deddy bilang tol itu sudah dibangun sejak medio awal 1990-an. Namun, ternyata rencana tata ruang dan wilayah di sekitar jalan tol sangat buruk sehingga setelah sekitar 30 tahun tol itu eksis masalah baru bermunculan.

"Ini hubungannya sama masalah tata guna lahan juga. Jadi gini tol kan dibangun setahu saya tahun 1990an lah, 1992 kayaknya. Nah sekarang kan 2022, sudah 30 tahun di situ. Jadi ini perencanaan tol itu sendiri tidak mampu menyelesaikan permasalahan ke depan. RT-RW-nya buruk," ungkap Deddy kepada detikcom, Jumat (30/9/202).

Deddy menyebut di tahun 1990-an daerah sekitar Tol BSD belum terbangun, masih banyak sekali lahan kosong. Namun kini pembangunan terjadi dengan pesat, lingkungan di sekitar jalan tol pun jadi sangat padat.

Saking padatnya tidak ada lagi sumber resapan air dan daya tampung air hujan di sekitaran jalan tol. Semua berubah menjadi pemukiman.

Maka wajar saja bila saat curah hujan tinggi dan debit air meningkat, air jadi ikut mengalir ke drainase kawasan tol. Karena drainase jalan tol tak kuat menampung debit air yang besar akhirnya air menggenang di jalan tol.

"Kan dulu tahun dibangunnya itu masih kosong, Bintaro ke BSD masih lahan kosong, masih banyak hutan, masih tanah-tanah. Sekarang kan padat, padat sekali. Sudah banyak yang pindah ke sini. Maka penampungan debit air tidak ada, akhirnya mengalir ke jalan tol," ungkap Deddy.

"Yang dulu banyak daerah serapan dan daya tampung air hujan, nah sekarang tidak ada rumah semua," sebutnya.

Masalah bertambah dengan adanya kualitas buruk penanganan drainase di pemukiman sekitar jalan tol. Pada akhirnya debit air yang berlebihan ikut menggenang bahkan merendam jalan tol. Apalagi di sekitar titik banjir Tol BSD diketahui ada aliran sungai yang sering meluap karena buruknya sistem drainase Pemkot Tangerang Selatan.

"Jadi lemahnya fungsi drainase di perumahan-perumahan itu yang jadi korban adalah jalan tol itu sendiri. Jadi ketika semua aliran sungai atau drainase itu dialirkan ke drainase tol jadi debit airnya tidak mampu. Pada akhirnya antara Pondok Aren ke BSD jadi sering tenggelam. Karena tata guna lahannya kurang baik," ungkap Deddy.

"Jadi kalau fungsi drainase lemah dan perencanaan tata kota buruk jadinya begitu," sebutnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Evaluasi Operator Tol

Meskipun masalah yang terjadi bukan disebabkan oleh operator jalan tol, Deddy tetap memberikan evaluasi untuk operator. Dia menilai operator tidak memiliki early warning system atau sistem peringatan sebelum banjir terjadi.

Seharusnya operator jalan tol pun sigap apabila tanda-tanda banjir sudah akan terjadi jangan sampai tol masih dibuka dan membuat banyak kendaraan masuk. Bila sudah ada tanda-tanda banjir, lebih baik operator menutup jalan tolnya.

Selama ini, menurut Deddy, operator tetap membuka jalan tol saat tanda-tanda banjir mulai terlihat. Baru ketika banjir terjadi, macet tak terelakkan, operator baru memberikan informasi kepad pengguna jalan untuk mencari alternatif. Kasus-kasus banjir terakhir, operator akhirnya menutup jalan tolnya ketika banjir sama sekali tak bisa dilewati dan antrean kendaraan sudah mengular.

"Harusnya tetap tanggung jawab operator juga. Kan ada SPM. Jadi dia harusnya kalau debit air tinggi audah ada early warning system nya. Tol tutup saja kalau sudah ada tanda-tanda banjir, jangan memaksa orang masuk dulu. Setidaknya kan ada CCTV di semua tempat jadi kelihatan kalau mau banjir," kata Deddy.

"Kenapa boleh masuk boleh masuk, jangan terima duit saja. Masalahnya di sana juga," ungkapnya.

Tarif Gratis
Deddy juga menilai seharusnya saat terjadi banjir di tol dan membuat kemacetan panjang, tarif jalan tol segera digratiskan. Dia menyebut seharusnya jalan tol memberikan pelayanan optimal bagi pengguna jalan. Khususnya, memberikan kelancaran saat menggunakan jalan. Hal itu bisa dinilai dari kecepatan pengemudi dan juga waktu tempuh.

Maka dari itu, apabila banjir terjadi dan tidak bisa diantisipasi kemudian menimbulkan kemacetan artinya memberikan kerugian bagi pengguna jalan. Maka seharusnya tarif yang dibebankan digratiskan.

"Mereka (pengguna jalan) yang terjebak banjir itu seharusnya tarifnya gratis tak usah bayar. Itu kompensasi paling mudah. Orang udah bayar kok, niatnya jalan lancar malah macet kan," sebut Deddy.

Deddy menyebut memang seharusnya apabila macet terjadi di jalan tol maka tarifnya harus digratiskan. Paling minimal, tarif jalan tol harus dikurangi besarannya.

"Seharusnya memang kalau ada macet di tol itu tarifnya digratiskan, cuma ini belum ada aturannya," ungkap Deddy.


Hide Ads