3 Fakta Soal Temuan Baru Trem Zaman Batavia di Proyek MRT Jakarta

3 Fakta Soal Temuan Baru Trem Zaman Batavia di Proyek MRT Jakarta

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 17 Nov 2022 06:30 WIB
Arkeolog memeriksa temuan rel trem di Harmoni, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Temuan rel ini berada di proyek MRT Jakarta Fase 2 CP202.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Penemuan benda bersejarah kembali terjadi di proyek MRT Jakarta Fase 2. Paling baru adalah temuan rel trem yang kedua kalinya di proyek MRT Jakarta, kali ini temuan tersebut ada di sekitar kawasan Harmoni hingga Mangga Besar.

Setidaknya ada temuan jalur trem yang diperkirakan panjangnya mencapai 1,4 kilometer. Dari keterangan MRT Jakarta sendiri ada sekitar 118 struktur span rel yang ditemukan di sekitar Harmoni hingga Mangga Besar.

Satu struktur rel terdiri dari dua batangan yang panjangnya 12 meter. Nah setiap batangan dirakit menjadi satu dengan bantalan kayu atau besi baja sebanyak 16 buah, lalu ada juga penahan arus listrik atau arde yang dipasang tiap 4 bantalan rel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini fakta-faktanya:

1. Jalur Trem Pertama di Batavia
Menurut tim arkeologi yang menangani temuan di proyek MRT Jakarta Fase II Charunia Arni Listya D jalur trem yang ditemukan merupakan jalur yang digunakan untuk trem elektrik di awal-awal 1930-an.

Jalur ini merupakan jalur trem pertama yang sudah digunakan sejak zaman Belanda. Jalur ini menghubungkan kawasan Kota Tua ke Harmoni.

ADVERTISEMENT

"Ini jalur pertama, rute trem pertama, 1A dan 1B. Hubungkan kawasan kota tua ke Harmoni, atau daerah weltevreden," papar arkeolog yang akrab disapa Lisa itu di lokasi penemuan Trem MRT Jakarta, Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022).

Riwayat jalur trem itu diketahui dimulai sejak tahun 1869, tepat saat Belanda berkuasa di Hindia Belanda dan Jakarta masih bernama Batavia.

Awalnya, bukan berbentuk trem, melainkan gerbong-gerbong angkutan penumpang dan barang yang ditarik kuda. Hanya saja gerbong itu ternyata menyebabkan banyak masalah. Mulai dari banyaknya kuda yang mati kelelahan hingga masalah kebersihan kota.

"Kita menemukan struktur rel trem yang jaringannya sudah ada sejak tahun 1869, tapi masih trem kuda waktu itu. 2-3 gerbong ditarik kuda dengan beban berat. Pada saat itu banyak kuda mati, dan kejadian itu diprotes banyak orang Eropa. Sekitar 200-an kuda mati saat itu," ungkap Lisa.

"Di sisi lain, wajah kota jadi nggak bersih karena kotoran kuda sepanjang jalur trem," lanjutnya.

Melihat permasalahan yang terjadi, Lisa menyebutkan pemerintah Belanda saat itu mengubah jalur trem yang tadinya diangkut makhluk hidup dengan trem bertenaga uap di sekitar penghujung 1880-an.

Namun, masalah kembali muncul pada trem dengan lokomotif uap. Paling sering terjadi adalah trem yang mogok saat musim hujan tiba karena kedinginan.

Maka muncul usulan untuk menggunakan rel trem listrik, usulan itu kembali disuarakan oleh pemerintah Belanda di penghujung 1920-an. Maka dari itu, mulai tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan elektrifikasi trem di Batavia.

"Elektrifikasi rel trem uap berlangsung selama 2-3 tahun, setidaknya 1934 ketika semua permasalahan dengan wilayah selesai. Elektrifikasi rel trem selesai. Nah inilah yang saat ini yang kita lihat adalah rel trem listrik," ujar Lisa.

Trem listrik itu ternyata terus digunakan, bahkan setelah Indonesia merdeka di tahun 1945. Setidaknya trem listrik terus digunakan sampai awal 1960-an.

Lanjut ke halaman berikutnya

2. Sempat 'Terkubur' Bertahun-tahun

Di awal tahun 1960-an rel trem listrik yang wira-wiri di Jakarta terpaksa dikubur di bawah jalan Jakarta. Jadi saat itu, menurut Lisa, pemerintah Jakarta ingin menghentikan operasional trem yang sudah ada sejak zaman Belanda tersebut.

Kebetulan saat itu trem banyak diprotes penggunaannya. Salah satunya karena rawan menimbulkan kecelakaan. Apalagi di tengah meningkatnya kepadatan di lalu lintas Jakarta.

"Trem itu dulu banyak diprotes orang. Jalannya cepat, berhentinya sembarangan jadi banyak kecelakaan. Akhirnya ditiadakan oleh PPD dan diganti bus," ungkap Lisa.

Namun, setelah operasi trem berhenti, relnya jadi menganggur. Karena pemindahan rel memakan uang banyak, maka dari itu rel trem yang sudah ada 'dikubur'. Jakarta pun saat itu memang sengaja melakukan peninggian jalan untuk menyambut pesta olahraga internasional.

"Jalurnya tidak dibongkar untuk hemat biaya melainkan langsung aja ditutup aspal," kata Lisa.

Setelah lama terkubur, kini jalur rel trem zaman Belanda itu kembali muncul dan menjadi aset cagar budaya yang harus dilestarikan. Maka dari itu, PT MRT Jakarta harus mengamankan rel trem kuno itu sebelum melakukan pembangunan MRT Jakarta.

Saat ini, MRT Jakarta bekerja sama dengan tim arkeolog sedang berupaya untuk mengamankan jalur trem tersebut. Jalur trem akan diangkat kemudian disimpan kembali oleh PPD, karena secara aset rel trem tersebut milik PPD meskipun sifatnya cagar budaya.

3. Rel Diimpor dari Jerman

Batangan rel trem yang ada pada temuan tersebut diperkirakan diproduksi pada tahun 1931-1932, hal itu terlihat dari kode produksi yang ada di rel tersebut.

Nah batangan-batangan rel itu diketahui diimpor dari Bochum, Jerman. Sementara bantalannya kemungkinan menggunakan kayu jati yang banyak ditemui di Indonesia.

"Ini (batangan rel) dari Jerman, dibuat di pabrik yang ada di Bochum. Produksinya 1932, ada juga yang 1931," kata Lisa.

Ada juga beberapa bantalan rel yang menggunakan material besi baja, pihak Lisa memperkirakan perbedaan penggunaan material ini terjadi karena ada peremajaan rel yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda.

"Ini bantalan semuanya dari kayu, cuma di Mangga Besar itu ada yang bantalannya baja juga. Jadi ketika dilihat tahunnya ada kemungkinan dia lakukan peremajaan. Perbaikan relnya. Kemungkinan yang terjadi tuh itu. Ketika bantalan masih bagus ngga diganti, nah yang lapuk diganti baja," papar Lisa.

Lisa mengatakan sebetulnya rel-rel trem ini bisa saja digunakan kembali. Namun, menurutnya hal itu tidak akan efektif karena ketinggalan zaman.

"Masih bisa (digunakan) menurut saya, cuman kan kayaknya udah nggak ada yang mau pake ya kalau lihat pembuatan rel zaman sekarang," ungkap Lisa.



Simak Video "Luncurkan TBM MRT Jakarta Fase 2A, Jokowi: Transportasi Modern Harus Lanjut"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads