3 Fakta Soal Temuan Baru Trem Zaman Batavia di Proyek MRT Jakarta

3 Fakta Soal Temuan Baru Trem Zaman Batavia di Proyek MRT Jakarta

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 17 Nov 2022 06:30 WIB
Arkeolog memeriksa temuan rel trem di Harmoni, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Temuan rel ini berada di proyek MRT Jakarta Fase 2 CP202.
Foto: Rifkianto Nugroho

2. Sempat 'Terkubur' Bertahun-tahun

Di awal tahun 1960-an rel trem listrik yang wira-wiri di Jakarta terpaksa dikubur di bawah jalan Jakarta. Jadi saat itu, menurut Lisa, pemerintah Jakarta ingin menghentikan operasional trem yang sudah ada sejak zaman Belanda tersebut.

Kebetulan saat itu trem banyak diprotes penggunaannya. Salah satunya karena rawan menimbulkan kecelakaan. Apalagi di tengah meningkatnya kepadatan di lalu lintas Jakarta.

"Trem itu dulu banyak diprotes orang. Jalannya cepat, berhentinya sembarangan jadi banyak kecelakaan. Akhirnya ditiadakan oleh PPD dan diganti bus," ungkap Lisa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, setelah operasi trem berhenti, relnya jadi menganggur. Karena pemindahan rel memakan uang banyak, maka dari itu rel trem yang sudah ada 'dikubur'. Jakarta pun saat itu memang sengaja melakukan peninggian jalan untuk menyambut pesta olahraga internasional.

"Jalurnya tidak dibongkar untuk hemat biaya melainkan langsung aja ditutup aspal," kata Lisa.

ADVERTISEMENT

Setelah lama terkubur, kini jalur rel trem zaman Belanda itu kembali muncul dan menjadi aset cagar budaya yang harus dilestarikan. Maka dari itu, PT MRT Jakarta harus mengamankan rel trem kuno itu sebelum melakukan pembangunan MRT Jakarta.

Saat ini, MRT Jakarta bekerja sama dengan tim arkeolog sedang berupaya untuk mengamankan jalur trem tersebut. Jalur trem akan diangkat kemudian disimpan kembali oleh PPD, karena secara aset rel trem tersebut milik PPD meskipun sifatnya cagar budaya.

3. Rel Diimpor dari Jerman

Batangan rel trem yang ada pada temuan tersebut diperkirakan diproduksi pada tahun 1931-1932, hal itu terlihat dari kode produksi yang ada di rel tersebut.

Nah batangan-batangan rel itu diketahui diimpor dari Bochum, Jerman. Sementara bantalannya kemungkinan menggunakan kayu jati yang banyak ditemui di Indonesia.

"Ini (batangan rel) dari Jerman, dibuat di pabrik yang ada di Bochum. Produksinya 1932, ada juga yang 1931," kata Lisa.

Ada juga beberapa bantalan rel yang menggunakan material besi baja, pihak Lisa memperkirakan perbedaan penggunaan material ini terjadi karena ada peremajaan rel yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda.

"Ini bantalan semuanya dari kayu, cuma di Mangga Besar itu ada yang bantalannya baja juga. Jadi ketika dilihat tahunnya ada kemungkinan dia lakukan peremajaan. Perbaikan relnya. Kemungkinan yang terjadi tuh itu. Ketika bantalan masih bagus ngga diganti, nah yang lapuk diganti baja," papar Lisa.

Lisa mengatakan sebetulnya rel-rel trem ini bisa saja digunakan kembali. Namun, menurutnya hal itu tidak akan efektif karena ketinggalan zaman.

"Masih bisa (digunakan) menurut saya, cuman kan kayaknya udah nggak ada yang mau pake ya kalau lihat pembuatan rel zaman sekarang," ungkap Lisa.



Simak Video "Luncurkan TBM MRT Jakarta Fase 2A, Jokowi: Transportasi Modern Harus Lanjut"
[Gambas:Video 20detik]

(hal/zlf)

Hide Ads