Bandara Bali Utara Tunggu Penlok, Kemenhub Malah Mau Perluas Ngurah Rai

Bandara Bali Utara Tunggu Penlok, Kemenhub Malah Mau Perluas Ngurah Rai

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 18 Jan 2023 20:45 WIB
Ilustrasi Bandara Bali Utara
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Bandara Internasional Bali Utara hingga kini belum juga menunjukkan progres pembangunan yang signifikan. Pasalnya, sampai saat ini PT BIBU Panji Sakti selaku pemrakarsa proyek sekaligus pihak yang akan membangun Bandara Bali Utara belum mengantongi penetapan lokasi atau penlok pembangunan bandara yang akan dilakukan di pesisir utara Buleleng itu.

Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku pihak yang berwenang memberikan penlok justru memiliki rencana lain.

Direktur Utama PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan pihaknya sudah menyiapkan berbagai hal untuk membangun bandara. Mulai dari komitmen investasi dari investor hingga komitmen kerja sama dengan para kontraktor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sampai saat ini pihaknya belum bisa memulai pekerjaan karena masih menunggu penlok pembangunan bandara dari Kementerian Perhubungan. Padahal, bila penlok sudah turun, pihaknya akan langsung tancap gas pembangunan Bandara Bali Utara.

"Persiapan sih sudah melangkah cukup jauh lah, makanya tidak mungkin dihentikan. Persiapan sudah signifikan, tinggal penlok turun langsung groundbreaking, siap sekali kita," ungkap pria yang akrab disapa Iwan ini saat berbincang dengan detikcom, di kantornya yang terletak di kawasan BSD, Tangerang Selatan, Rabu (18/1/2023).

ADVERTISEMENT

"Sekarang bolanya di Kemenhub, kalau penlok keluar langsung jalan kita proyeknya," ujarnya.

Iwan menjelaskan pihaknya sudah meneken komitmen investasi dengan lembaga United Nations Sustainable Development Group (UNASDG) sebesar Rp 50 triliun. Dana segitu besar bakal digunakan untuk membangun bandara, aerocity, dan pengembangan aerotropolis. Khusus bandara sendiri biayanya mencapai Rp 17 triliun.

"Kita ini investasi sendiri, murni tanpa APBN. Karena skemanya KPBU," sebut Iwan.

Kontraktornya sendiri sudah ada China Construction First Group Corp. Ltd (CCFG) yang merupakan anak usaha salah satu BUMN terbesar di Negeri Tirai Bambu, China State Construction Engineering Corp. Ltd (CSCEC). Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan kontraktor BUMN.

Sambil menunggu penlok keluar dari Kemenhub, Iwan menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa untuk mengeluarkan surat penetapan KPBU kepada PT BIBU Panji Sakti untuk menggarap Bandara Internasional Bali Utara.

"Bappenas itu minta kita loncat lebih awal, tanpa ada penlok kita langsung dapat penetapan KPBU. Nah itu sudah dikeluarkan surat oleh Bappenas bahwa usulan KPBU itu sudah ada, kita tinggal tunggu balasan dari Kemenhub. Surat itu meminta kita menyiapkan segala hal soal KPBU itu, setelah KPBU selesai diharapkan penlok turun," Ungkap Iwan.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Kemenhub Punya Rencana Lain

Ditunggu-tunggu penetapan penloknya, Kementerian Perhubungan justru malah memiliki rencana yang lain. Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan pihaknya lebih mendorong agar semua infrastruktur transportasi yang ada di Bali dikembangkan dibandingkan membangun bandara baru di Pulau Bali.

"Kita melihat lebih baik mengintegrasikan semua dan mengembangkan semua infrastruktur transportasi yang ada (di Bali) dibandingkan membangun bandara baru untuk saat ini," kata Adita kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, di hari yang sama.

Kemenhub melihat kapasitas Bandara Ngurah Rai yang ada di Bali sekarang masih bisa ditingkatkan. Rencananya tahun ini kapasitas bandara itu ditingkatkan menjadi 35 juta penumpang per tahun atau tiga kali lipat dari kapasitas saat ini.

Saat ditanya apakah pembangunan Bandara Bali Utara otomatis tidak akan dilanjutkan, Adita hanya menyebut saat ini pembangunan tersebut tidak menjadi fokus pemerintah. Pasalnya proyek itu juga telah dicoret dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pemerintah lebih pilih fokus mengembangkan Bandara Ngurah Rai. Dengan adanya rencana maskapai Emirates dengan pesawat Wide Body Airbus A380 pada pertengahan 2023, dinilai perlu ditingkatkan kapasitas perpanjangan runway, serta pengembangan terminal maupun apron.


Hide Ads