Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto menambahkan nantinya pinjaman ini memiliki tenor selama 30 tahun.
"Tenornya kira-kira 30-an tahun, ya kalau 30 tahun sudah oke lah," sebut Seto.
Seto pun mengungkapkan masih ada pembicaraan lanjutan soal penjaminan pinjaman ini. Pemerintah China ingin agar penjaminan pinjaman dilakukan langsung lewat APBN, namun pemerintah Indonesia punya opsi sendiri dengan menjaminkan pinjaman itu ke PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini terkait penjaminannya kan selama ini kita mau ada PII ya, mereka mau penjaminan langsung, kita coba negosiasi itu," ungkap Seto.
Total pinjaman yang dilakukan sendiri sebesar US$ 560 juta atau Rp 8,2 triliun (kurs Rp 14.800). Menurut Seto, pinjaman ini akan diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai pimpinan konsorsium Indonesia di PT KCIC.
KAI akan memberikan uang pinjaman itu untuk operasional KCIC selaku pihak yang bertanggung jawab pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
"Strukturnya nanti ke KAI, KAI nanti yang inject ke KCIC," kata Seto.
Sementara itu, bila ditotal-total pembengkakan biaya kereta cepat sendiri jumlahnya disepakati US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,7 triliun. Jumlah itu, sebagian dipenuhi dengan pinjaman ke CDB, sisanya dipenuhi dari penyetoran modal tambahan ke PT KCIC yang salah satunya dipenuhi dengan suntikan PMN.
(hal/hns)