Sistem multi lane free flow (MLFF) atau sistem bayar tol nirsentuh bakal diterapkan di Indonesia. Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS), Attila Keszeg mengatakan, PT RITS bakal mendapatkan uang dari retribusi tari pengguna jalan tol saat MLFF beroperasi.
Dengan sistem ini, Attila menyebut tidak akan antrian saat masuk dan keluar jalan tol. Lantas, berapa besar tarif yang bakal dikenakan ke pengguna jalan tol?
"Saya juga mau tau soal itu (tarifnya). Tapi penentuan tarif bukan wewenang kami. Kami hanya penyedia sistem. Kami hanya menyediakan teknologinya," katanya dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Hungaria, Senin (10/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Attila, sistem MLFF tidak akan mempengaruhi tarif per kilometernya. Malahan MLFF bisa memberikan penghematan dan efisiensi bagi operator jalan tol.
"Jadi pendapatan operator kira-kira akan sama, atau mahal lebih besar, dengan ongkos operasional yang lebih murah. Kabar baik untuk operator dan negara juga," bebernya.
Saat ini, Attila menyebut operator jalan tol menarik uang pengguna jalan di gerbang tol. Setelah, uang dari penumpang baru disetor ke negara melalui beberapa tahapan.
Ke depannya, dengan implementasi sistem MLFF pemerintah akan membuat semacam perusahan atau badan usaha untuk menampung uang tersebut. Sebagian uang akan dibagikan ke operator, dan PT RITS menerima bagiannya setiap bulan.
"Ke depannya pemerintah akan membuat badan. Pembayaran akan dialokasikan ke badan tersebut," tuturnya.
Adapun Masa konsesi PT RITS adalah selama 9 tahun. Setelah masa konsesi habis PT RITS akan menyerahterimakan peralatan MLFF ke Indonesia.
"Sejauh ini tidak sepeserpun uang Indonesia dikeluarkan untuk proyek ini. Setelah itu sebagai return, sebagai bagian dari kesepakatan, kita akan membiayainya sampai handover. Kita mengoperasikan perusahaan selama 9 tahun," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Dalam pengoperasiananya pemerintah akan menarik uang dari pengguna layanan. PT RITS bakal mendapatkan reimbursement setiap bulan. RITS merupakan bagian dari Roatex Zrt, perusahaan asal Hungaria.
"Cara kita mendapatkan uang adalah, kita tidak menarik uang, tapi pemerintah Indonesia yang melakukan itu. Jika kinerja kita baik, kan pemerintah Indonesia standarnya tinggi makanya kita buat control room seperti ini. Kita akan dapat reimbursement setiap bulan," bebernya.
Attila memuji pemerintah Indonesia dalam skema investasi ini. Sebab risiko pembiayaannya ada pada Hungaria, bukan pemerintah Indonesia.
"Pemerintah Indonesia memang sangat pintar. Model bisnis ini risiko pembiayaan kan ada di kita, dari Hungaria," tuturnya.
Adapun realisasi dari total investasi US$ 300 miliar atau Rp 4,5 triliun sudah mencapai lebih dari 30%. Dana tersebut dialokasikan untuk membeli kendaraan, peralatan, software, penyimpanan data, operasional, dan lain-lain.
(rrd/rir)