Tiang-tiang monorel di Jakarta menjadi saksi bisu gagalnya salah satu proyek pembangunan infrastruktur transportasi umum di ibu kota. Kini tiang-tiang tersebut berdiri di tengah jalan bagai 'batu nisan' tanda kegagalan.
Awal Pembangunan Proyek Monorel
Berdasarkan catatan detikcom, proyek monorel ini pertama kali dimulai pada 2004 lalu. Pada awalnya proyek tersebut dibangun untuk mengatasi kemacetan Jakarta dan dirancang membawa dua hingga sepuluh rangkaian gerbong.
Rencananya ada dua jalur monorel yang akan dibangun saat itu, yakni jalur hijau (green line) sepanjang 14,3 km dan jalur biru (blue line) sepanjang 12,7 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk jalur hijau dimulai dari stasiun monorel di Casablanca, melewati kawasan sekitar Hotel Gran Melia, Satria Mandala, Kusuma Chandra, Polda Metro Jaya, BEJ, Gelora Bung Karno Senayan, Plaza Senayan, JHCC, gedung MPR/DPR, Taman Ria Senayan, gedung MPR/DPR, Pejompongan, Karet, Sudirman, Setiabudi Utara, Kuningan, Taman Rasuna, kembali ke Stasiun Casablanca.
Kemudian untuk jalur biru dimulai dari Kampung Melayu, melewati kawasan Tebet, Menteng Dalam, Stasiun Casablanca, Ambasador, Stasiun Dharmala Sakti, Menara Batavia, Karet, kawasan Slipi, Cideng, dan berakhir di kawasan Roxy.
Kala itu, tepatnya pada 14 Juni 2004 Presiden Megawati Soekarnoputri hadir langsung untuk meresmikan pemancangan tiang pancang pertama di Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan. Dia menekan tombol sirene sekitar pukul 10.30 WIB. Saat itu Gubernur Jakarta dijabat Sutiyoso.
Pembangunan Proyek Monorel Terhenti
Namun pada 2008, pengembang sekaligus investor proyek ini, PT Jakarta Monorail (PT JM), tiba-tiba dikabarkan pening bukan kepalang karena masalah pendanaan.
Akibatnya proyek ini malah terhenti di tengah jalan dan tiang-tiang yang kadung dibangun malah dibiarkan mangkrak menjadi 'monumen' di tengah jalan. Nilai proyeknya mencapai US$ 450 juta. PT JM mengaku tidak mampu memenuhi syarat investasi US$ 144 juta.
"Sekarang keputusannya terserah Pak Gubernur. PT JM akan ngikut saja," kata Direktur Utama PT JM Sukmawati Sukur, 12 Maret 2008.
Tidak lama setelah itu,Gubernur Jakarta Fauzi Bowo alias Foke memastikan pembangunan proyek monorel dihentikan. Pihak PT JM minta ganti biaya investasi Rp 600 miliar, namun Foke menolak dan hanya membayar sesuai rekomendasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pembangunan Proyek Monorel Dilanjut
Singkat cerita, di era Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, proyek ini rencananya akan dilanjutkan kembali. Dia ingin PT Adhi Karya (BUMN) ikut menggarap bersama PT JM.
"Bareng-bareng. Duet-duet. Ngapain harus lama-lama? Ya, bener kok. Serius," kata Jokowi di Balai Kota Jakarta, 20 Desember 2012.
Namun, sebetulnya PT Adhi Karya tidak mau. Proyek berlanjut lagi. Meski begitu, Gubernur Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan monorel di Tugu 66, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Hadir pula Komisaris Utama PT Jakarta Monorail Edward Soeryadjaya.
"Setelah proyek ini terhenti selama 5 tahun, dengan mengucap bismillah, pada tanggal 16 Oktober 2013, saya nyatakan proyek monorel oleh PT Jakarta Monorail saya nyatakan dilanjutkan kembali," kata Jokowi di lokasi peresmian, 16 Oktober 2013.
Tiang-tiang akan dipasang dengan jarak 24 meter. Proyek menggandeng China Communications Construction Company Ltd untuk memasang tiang-tiang itu.
Di sisi lain, PT Adhi Karya bingung tiang-tiangnya senilai Rp 193 miliar belum dibayar PT JM. Pihak PT JM sendiri merasa tidak punya utang karena 200 tiang monorel itu sekarang sudah menjadi milik PT Adhi Karya.
![]() |
Proyek Monorel Mangkrak Lagi
Jokowi jadi presiden, giliran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI. Di zaman Ahok, tidak ada juga perkembangan berarti dalam proyek monorel. Dia mengancam surat putus bila tak ada perkembangan selama 3 bulan.
"Langsung aku kirim surat putus kita. Tidak ada lagi kereta monorel. Yaa... jadi tiang monumen," kata Ahok, 26 Juni 2014.
Ahok pun enggan melanjutkan proyek monorel bersama PT JM. Soal tiang-tiang yang telanjur berdiri, dia sadar itu adalah milik PT Adhi Karya (BUMN). Tiang itu bakal menjadi monumen penipuan. Dia merasa PT JM tidak memberikan kejelasan kelanjutan proyek itu.
Pemprov DKI pun mengeluarkan rencana memutus kontrak dengan PT Jakarta Monorail (PT JM) di 2015. Tiang-tiang monorel diminta untuk dibongkar.
Akhirnya, mendekati akhir tahun, Ahok mengatakan Pemprov DKI sudah putus kontrak dengan PT JM. Tiang monorel di Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika diambil alih PT Adhi Karya untuk menjadi tiang light rail transit (LRT).
"Sudah bye-bye (dengan PT JM), nggak ada cerita. Nanti bekas tiang-tiangnya diambil Adhi Karya untuk LRT," ujar Ahok di RSUD Tarakan, Jl Kyai Caringin, Jakarta Pusat, 10 September 2015.
Waktu berlalu, pada 2017 saat pembangunan LRT Jabodebek dimulai, Adhi Karya selaku kontraktor proyek LRT justru lebih memilih membangun tiang baru. Tepatnya di tengah Jalan HR Rasuna Said dan terpisah dari lokasi tiang bekas monorel.
Tiang monorel dinilai kurang pas, apalagi letaknya berada lebih ke pinggir jalan, yaitu di sekitar pembatas jalur cepat dan jalur lambat.
Rencana Pemanfaatan Ulang Tiang Monorel
Di 2018, Adhi Karya selaku pemilik tiang monorel mewacanakan penggunaan tiang itu untuk penyangga jalur bus. Saat itu PT Adhi Karya masih berdiskusi dengan Pemprov DKI soal pemanfaatan tiang-tiang monorel.
"Bisa untuk hal lain, misalnya bisa jadi elevated bus bisa nggak di situ, bisa nggak dipakai untuk trase yang lain," kata Direktur Operasi II Adhi Karya, Pundjung Setya saat dihubungi, Jakarta, 17 Februari 2018.
Oktober 2020, ide pemanfaatan lain berkembang. Hal itu adalah menjadikan tiang-tiang ini sebagai skywalk alias tempat pejalan kaki layang.
Rencananya skywalk tersebut diintegrasikan dengan stasiun LRT yang berada satu kawasan dengan tiang-tiang monorel tersebut. Jadi, dengan adanya akses pejalan kaki tersebut, begitu pengguna LRT Jabodebek turun di stasiun bisa menuju ke gedung-gedung sekitar dengan lebih mudah.
Namun Pundjung mengatakan pihaknya baru menyusun konsep dasar pembangunan skywalk. Soal besaran biaya yang dibutuhkan untuk proyek tersebut belum diketahui angkanya.
"Ini nanti akan diintegrasikan dengan stasiun LRT misalnya, dan akses ke building di sekitarnya sehingga tidak perlu turun sekaligus menciptakan ruang untuk pejalan kaki," jelas Pundjung.
Namun kini, tiang itu tak kunjung digunakan juga. Tiang monorel Jakarta dibiarkan berdiri dan bagai dibiarkan begitu saja, bahkan sampai harus dicuri besi-besi tiang pancangnya.
![]() |
Lihat juga Video 'Depok Berwacana Bangun Monorel':