LRT Jabodebek diuji coba secara terbatas dengan penumpang pada Sabtu dan Minggu (26-27 Agustus). Walau LRT Jabodebek dioperasikan secara otomatis, namun tetap ada masinis yang berjaga. Apa tugasnya?
Dalam LRT Jabodebek, peran masinis ini hampir mirip dengan peran Train Attendant (TA). TA LRT Jabodebek line Dukuh Atas-Jati Mulya, Jumali mengatakan, dirinya terus berjaga di dalam LRT Jabodebek sepanjang pengoperasiannya. Ia didampingi oleh seorang petugas keamanan.
Jumali memiliki tugas yang terbilang beragam. Pertama, untuk pelayanan penumpang, lalu untuk menangani kondisi darurat maupun evakuasi penumpang. Selain itu, TA juga berperan dalam mengambil alih fungsi kereta secara manual bila ada keadaan darurat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tes ini kan otomatis sistemnya. Ketika terjadi problem yang mengharuskan untuk bawa manual, kita sebagai TA yang mengambil alih fungsi untuk bawa manual," jelasnya, ditemui detikcom saat menjajal LRT Jabodebek line Dukuh Atas-Jati Mulya, Sabtu (26/8/2023).
Dengan demikian, menurutnya masyarakat tak perlu khawatir akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Pengoperasian LRT Jabodebek terjamin keamanannya. Jalannya kereta pun terus dipantau, baik oleh TA maupun dari pusat kontrol.
"Pokoknya kalau ada terjadi problem apapun, ada TA-nya. TA juga akan berkoordinasi dengan namanya pusat pengendaliannya OCC (Operation Control Center). Nanti semua akan dikoordinasi mekanisme untuk evakuasinya, semua akan diatur," jelasnya.
Lebih lanjut, Jumali menjelaskan, selama uji coba ini LRT Jabodebek beroperasi dalam rute kecil, beberapa di antaranya rute dari Dukuh Atas ke Jati Mulya dan Dukuh Atas ke Harjamukti. Nantinya, kereta bisa berkeliling dan tersambung ke rute lainnya. Sementara untuk jarak waktu tiba antar kereta atau headway diperkirakan antara 5-10 menit tiap keberangkatan.
Khusus untuk kereta LRT Jabodebek kali ini, kecepatan yang ditempuh mencapai 70 km per jam, dan akan melambat tatkala akan melewati longspan atau jalur lengkungan. Sementara untuk kecepatan maksimumnya berada di kisaran 78 km per jam.
Sebagai tambahan informasi, LRT Jabodebek dioperasikan menggunakan sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 3. CBTC adalah sistem pengoperasian kereta berbasis komunikasi, sehingga sistem dapat mengoperasikan kereta dan memproyeksikan jadwal secara otomatis dari pusat kendali operasi serta tanpa masinis.
Manajer Public Relations KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo sebelumnya sempat menyampaikan, moda transportasi ini dijamin aman bagi masyarakat. Sistem otomatis malah diklaim lebih aman ketimbang sistem manual.
"Dengan operasional tanpa masinis tentunya akan lebih aman dibandingkan menggunakan masinis atau orang. Karena lebih dari 60% kecelakaan karena faktor manusianya, kelelahan dan sebagainya," ujarnya saat menjajal LRT Jabodebek dari Jakarta-Bekasi, Kamis (6/7/2023).
Kuswardojo mengatakan, sistem keamanan LRT Jabodebek juga diatur berlapis dan diatur oleh sistem. Salah satunya soal batas kecepatan maksimal. Jika kereta melaju lebih dari batas kecepatan yang ditentukan maka sistem pengereman aktif otomatis.
"Kenapa diklaim aman? Sistem keamanan kita berlapis. Artinya ketika sudah meng-install perjalanan dalam kereta ini, di situ ada berbagai sistem yang mengatur. Pertama batas kecepatan akan diatur oleh sistem. Ketika dia berjalan lebih dari 80 km per jam maka sistem akan mengerem sendiri. Meskipun dia digunakan manusia dalam posisi manual," ujarnya.
(shc/ara)