Indonesia masih terbentur permasalahan penyaluran air layak minum. Salah satu penyebab dari kondisi ini adalah hampir setengah dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Tanah Air dalam kondisi yang kurang sehat.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti. Diana mengatakan, saat ini baru sekitar 51% PDAM yang dalam kondisi sehat, sementara sisanya atau 49% kurang sehat atau bahkan sakit.
"Ada tiga kategori PDAM. Sehat, kurang sehat, kategori sakit. Yang sehat ini sudah hampir 51%. Yang kurang sehat beberapa, yang sakit ini ada beberapa, saya lupa jumlahnya, takut salah," katanya, ditemui usai konferensi pers di Indoor Multifunction Stadium (IMS), Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Senin (2/10/2023).
Diana menjelaskan, hasil ini berdasarkan dari audit tahunan yang rutin dilakukan Ditjen Cipta Karya bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Audit ini memeriksa bagaimana kualitas, kuantitas, hingga kontinuitas PDAM terkait. Dari sana terlihat, masalah utama yang dihadapi PDAM terkait biaya.
"PDAM itu harus FCR (Full Cost Recovery). Itu dalam artian bahwa dia melalukan pengelolaan, dia juga harus ada biayanya, tapi dari situ dia bisa mengelola dengan baik. Yang sakit itu bener-bener kebocorannya tinggi, pengelolaannya kurang baik, mungkin kerugiannya juga cukup banyak yang ada di situ. Ini kita harus kita benahi, kelembagaannya, administrasinya, SDM-nya, kualitas airnya, dia tidak 24 jam harus di 24 jamkan," ujarnya.
Meski demikian, Ditjen Cipta Karya terus mengupayakan penyehatan dari PDAM-PDAM terkait. Adapun salah satu langkah yang disiapkan ialah melalui program pembinaan terhadap kelembagaan dan sistem operasinya.
"Setiap tahun sebenarnya sudah ada pembinaan terhadap kelembagaannya, kemudian pengurangan terhadap kebocorannya, lalu kita lihat bagaimana sarana prasarana di sana. Dan juga kita lihat ininya, SDM dari masing-masing PDAM," jelasnya.
Di sisi lain, kondisi ini pun turut berimbas pada penyaluran air layak minum yang kurang optimal. Saat ini air minum perpipaan rumah tangga atau yang difasilitasi oleh PDAM baru sebesar 21% secara nasional. Sementara untuk air minum layak secara keseluruhan baru bisa terakses sebanyak 91%.
"Air minum itu untuk capaiannya kita masih 91%. Berarti ada gap 8,9%-an. Sedangkan perpipaan, berarti yang PDAM-PDAM itu, masih 21%, PR-nya berarti masih banyak 79%. Itu PR saya, PR kita semuanya untuk bisa mendapatkan air itu untuk seluruh masyarakat," katanya, dalam Konferensi Pers Hari Habitat Dunia & Hari Kota Dunia 2023, di lokasi yang sama.
(shc/ara)