Oh Begini... Rasanya Berkunjung ke Gang Venus Tambora yang Padat Penduduknya

Oh Begini... Rasanya Berkunjung ke Gang Venus Tambora yang Padat Penduduknya

Samuel Gading - detikFinance
Senin, 02 Okt 2023 15:03 WIB
Gang Venus di Tambora
Suasana Gang Venus di Tambora - Foto: detikcom/Samuel Gading
Jakarta -

Siang ini, masih seperti hari-hari sebelumnya. Jakarta, terasa terik dan panas, apalagi di tengah hari. Saya tiba di Gang Venus, Tambora sekitar pukul 12.15 WIB.

Saya turun tepat di depan gang yang sempat terkenal gara-gara dulu tidak ada sinar matahari yang bisa masuk ke dalamnya. Langsung terlihat gapura dengan pilar dan bagian atas bermotif batu.

Di samping kanannya ada masjid dan sebelah kirinya ada warung mie ayam. Saya mulai memasuki gang yang terkenal padat penduduk itu. Kaki saya melangkah masuk ke gang itu dan sesekali berhenti untuk memfoto dan mengambil video.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasanya tidak ada angin yang berembus, karena memang terhalang tembok tinggi di kiri dan kanan. Saat berjalan di gang, saya sempat berpapasan dengan seseorang yang mendorong gerobak besar. Jadi saya harus meminggirkan badan sebentar, menunggu gerobak itu lewat.

Tidak ada jarak antara halaman rumah. Alhasil tidak hanya pengendara motor, warga setempat bahkan harus mengantre dan sesekali memiringkan badan untuk bisa melewati lorong yang berukuran tidak sampai dua meter tersebut.

ADVERTISEMENT

Seorang anak perempuan kemudian terlihat bermain dengan kucing oren di depan sebuah dinding berkelir abu-abu. "Kamu kok cantik banget sayang, ayo sini," tutur anak itu. Ia kemudian memanggil salah seorang temannya, dan berlari masuk semakin dalam ke belantara beton tersebut.

Kepada detikcom, sejumlah warga berkisah, bahwa suasana Gang Venus hari ini tergolong sepi. Sebab, para penghuninya sedang pergi mencari sesuap nasi. "Ini masih cukup lengang, nanti malam lebih padat lagi mas," tutur warga Mutia, 53 tahun, warga RT 002.

Mutia adalah salah satu dari ratusan keluarga yang tinggal di gang yang konon dijuluki 'kawasan terpadat di Asia Tenggara' tersebut. Ia tinggal bersama puluhan anggota keluarganya di Gang Venus. Menantu Marpuah (89), menjelaskan rumah pertama dihuni delapan orang yang terdiri dari anak dan cucu. Ukurannya 3x4 meter.

Adapun kontrakan kedua dan ketiga berukuran memiliki luas serupa. Mayoritas pekerjaan di keluarga besarnya itu adalah tukang bor sumur dan berjualan makanan. Marpuah, yang berasal dari Petir, Serang, Banten, disebut memiliki delapan orang anak. Per 2023 ini, cucunya mencapai 19 orang. Sementara cicitnya, ucap Mutia, sudah tidak terhitung lagi.

"Kalau akhir pekan dan ada acara itu rame banget. Di rumah pertama delapan orang yang tidur. Rumah kedua dan ketiga ada yang tujuh dan enam orang jadi keluarga besar yang berkumpul di sini. Jujur saya sampai lupa jumlah anggota keluarga kita berapa," canda Mutia.

Kendati harus merasakan panas dan hidup berdempet-dempetan, anak kedua Marpuah yakni Sopia (42) mengaku sudah keburu nyaman tinggal di Gang Venus. Ia mengatakan sejumlah anggota keluarga memang sempat pindah ke daerah lain seperti Bintaro, Tangerang Selatan. "Namun pasti balik ke sini lagi. Mungkin karena keburu nyaman, mas," kisahnya.

Penghuni lain Euis, warga RT 002 RW 003, juga memberikan testimoni serupa. Perempuan 44 tahun ini mengaku sudah tinggal sejak 1980-an di Gang Venus. Artinya, sejak ia masih berusia belia.

Euis berkali-kali ditawarkan oleh suaminya, yang bekerja sebagai penjaga toko kaos di Tanah Abang, untuk mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bekasi. Namun, ia berkali-kali juga menolak tawaran tersebut.

Gang Venus baginya adalah zona nyaman yang sudah tidak bisa ia tinggalkan. "Banyak yang tanya kenapa, sih, mau tinggal di kawasan seramai ini ? Ya, karena kami nyaman. Anak kalau mau ke sekolah ke Grogol dekat, tinggal naik motor. Sama pengontrak di sini kita juga sudah kayak saudara," beber Euis.

"Rumahku sekarang adalah surgaku. Tidak masalah saya berdempet-dempetan. Saya tiap hari justru bersyukur karena nasib kami masih lebih baik dari berbagai banyak orang. Setidaknya, mohon maaf, lebih baik daripada tinggal di pinggir jalan," sambungnya.

Kepada detikcom, Ketua RT 002 RW 003 Gang Venus Mokhamad Ikhsan, mengatakan memang banyak penduduk Gang Venus yang tinggal berdempet-dempetan dalam satu rumah. Di wilayahnya terdapat sekitar 350 keluarga.

Namun, Haji Ikhsan mengatakan Gang Venus tidak sepadat dan semuram itu lagi. Sebab dulu, Gang Venus terkenal tidak tersentuh cahaya matahari. Hal ini disebabkan atap bangunan semi-permanen di kawasan itu saling bersentuhan.

Semua ini berubah sejak api melahap kawasan tersebut pada 2020. Sebanyak 105 ditelan si jago merah. Karena bantuan pemerintah pula, semua bangunan di Gang Venus pun kini berjenis permanen.

"Banyak perantau yang tidak kembali ke sini. Yang semula tidak disentuh cahaya sudah terang kembali," jelas dia.

(kil/kil)

Hide Ads