Sejumlah instansi dalam negeri tengah merancang kereta cepat asli buatan dalam negeri alias made in Indonesia bernama Merah Putih. Rencananya kereta cepat ini dapat melaju hingga kecepatan 250 km/jam melintasi Jakarta-Surabaya.
Meski begitu, kereta cepat ini berbeda dengan Whoosh yang sudah beroperasi Jakarta-Bandung dengan kecepatan maksimal 350 km/jam. Lantas mengapa RI tidak membuat kereta cepatnya sendiri dengan kecepatan 350 km/jam sama seperti Whoosh?
Senior Manager Humas dan Kantor Perwakilan PT INKA (Persero), Agung Dwi Cahyono, menyampaikan rencana pengembangan Kereta Cepat Merah Putih merupakan lompatan teknologi yang sangat baik dalam industri perkeretaapian dalam negeri. Namun ia mengaku lompatan ini memang belum bisa menyamai kereta cepat Whoosh yang dirancang China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu ia menjelaskan bila saat ini pihak DJKA (Ditjen Perkeretaapian) juga baru melakukan pengembangan kereta api biasa menjadi semi-cepat 180 km/jam. Peningkatan ini dilakukan mengingat sebagian besar perlintasan rel di RI, termasuk perlintasan rel Jakarta-Surabaya, masih memiliki lebar 1.067 milimeter.
Kondisi ini berbeda untuk kereta cepat minimal diperlukan perlintasan rel selebar 1.435 milimeter. Sehingga menurut Agung pengembangan dari kereta bisa menuju kereta cepat 350 km/jam sangatlah tinggi karena baik dari segi teknologi hingga infrastruktur masih belum memadai.
"Nah itu, itu yang lompatannya terlalu tinggi bagi kami. Sekarang ini gini, program DJKA itu dipengaruhi rel yang sekarang ini (lebar 1.067) itu kan sudah bisa dilalui dengan speed-nya 120 km/jam. Kalau nanti mau dinaikkan jadi semi-cepat itu bisa sampai 180 km/jam, itu maksimum," ungkap Agung kepada detikcom, Selasa (10/10/2023).
"Makanya antara rel dengan kereta semi-cepat kan yang diamanatkan ke depan sama pemerintah itu kan, itu murni hanya diubah di keretanya. Tapi kalau bicara kereta cepat, harus diubah sarana dan prasarananya itu. Ya jangan lah, (membuat kereta cepat 350 km/jam sama seperti Whoosh) terlalu ketinggian itu. Lompatannya terlalu tinggi walaupun kita sih bisa, namun pertanyaannya 'ya dengan apa yang ada, apa yang bisa kita lakukan?' gitu," tambahnya.
Menurutnya akan lebih baik bila seluruh pihak bekerja sama untuk melakukan pengembangan teknologi perkeretaapian dalam negeri secara bertahap. Dengan begitu seluruh sistem yang ada akan lebih siap dan memadai.
"Bertahap, yang 350 km/jam itu kan pakai terowongan. Makanya hambatan, kemudian halangan seperti orang-angin itu sudah nol (teratasi) kan, dihindari semua kan. Coba kalau sekarang ini yang ada, dari mulai Jakarta-Surabaya melalui banyak kota repot juga itu kan, banyak perlintasan juga kan itu," jelas Agung.
Karena berbagai faktor inilah Agung merasa mimpi RI membuat kereta cepat sendiri yang paling nyata atau realistis baru sampai kecepatan 250 km/jam. Namun ia sendiri tidak menutup kemungkinan bila ke depannya teknologi kereta cepat ini akan terus ditingkatkan.
Sebagai informasi, Kereta Cepat Merah Putih ini merupakan pengembangan yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta INKA sendiri.
Pihak INKA sendiri telah menargetkan penyelesaian rancangan car body aluminium dan bogie tahun ini. Setelahnya perseroan akan membuat prototype untuk kemudian diuji oleh BRIN.
Barulah setelah semua itu, direncanakan pihak INKA serta lembaga penggarap Kereta Cepat Merah Putih lainnya akan berkumpul kembali untuk mulai membuat prototype kereta. Rencananya prototype ini dapat meluncur tahun 2026 mendatang.
"Setelah selesai tahun depan, tahun 2026 nanti kita akan kumpul lagi. Yang bagian sistemnya, motornya seperti apa, kemudian dilanjut moncong yang dirancang ITS seperti apa, nanti ngumpul lagi bareng-bareng kita membuat kereta tadi," tutur Agung.
Simak Video 'Warga yang Jual Tiket Gratis Kereta Cepat Bakal Diproses Secara Hukum':