Di tengah ramainya ibu kota Jakarta, tersembunyi bangunan-bangunan bersejarah yang mulai dilupakan zaman. Salah satunya Stasiun Salemba yang dulu kerap digunakan sebagai tempat pengangkutan opium, kini telah beralih fungsi menjadi permukiman warga.
Perlu diketahui, Stasiun Salemba ini pada awalnya dibangun oleh sebuah perusahaan kereta api pemerintah kolonial Belanda Staatssporwegen (SS) antara 1896-1905. Kala itu stasiun ini digunakan untuk menyambungkan sisi barat dan timur kota Batavia (saat ini Jakarta).
Kemudian di kawasan itu juga sempat dibangun sebuah pabrik opium sekitar 1901. Lokasi pabrik ini tepat berada di seberang Stasiun Salemba saat itu dan memiliki jalur kereta khusus menuju stasiun untuk kegiatan bongkar muat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya pada awal abad ke-19 stasiun ini banyak digunakan untuk mengangkut opium dari pabrik. Namun, seiring dengan perubahan perkembangan kota terutama saat pemerintah Batavia membangun Stasiun Manggarai, beberapa jalur keret menuju Stasiun Salemba kemudian ditutup.
Kondisi ini mengakibatkan stasiun itu hanya digunakan untuk melayani pengangkutan opium melalui Pabrik Opium-Stasiun Salemba-Jakarta. Hingga pada tanggal 2 September 1981 Stasiun Salemba berhenti beroperasi setelah Pabrik Opium Salemba ditutup.
![]() |
Kondisi Stasiun Salemba
Usai bertahun-tahun tidak dioperasikan, bangunan bekas stasiun pengangkut opium ini sudah berubah menjadi kawasan permukiman warga. Kondisi ini terlihat dari banyaknya rumah semi permanen yang berhimpitan dengan bagian depan stasiun.
Berdasarkan pengamatan detikcom di lokasi, Selasa (2/1/2024), sekilas bangunan bekas stasiun ini tampak sudah menyatu dengan bangunan semi permanen yang berdiri tepat di depannya, membuat kondisi bangunan Stasiun Salemba sudah hampir tak bisa dikenali bentuk rupanya. Di depan bangunan juga ada banyak pohon dengan ranting dan daun-daun yang lebat, membuat bangunan ini semakin tertutup.
![]() |
Bangunan-bangunan semi permanen itu terlihat banyak dijadikan tempat tinggal dan usaha seperti tempat makan dan warung. Namun bila diamati lebih jauh, bangunan semi permanen itu dibangun dengan papan triplek atau kayu sedangkan Stasiun Salemba ini dibangun dengan tembok beton berwarna putih kusam.
Saat berusaha mengelilingi bangunan stasiun, didapati bagian belakang bangunan sudah menjadi gang senggol yang dipadati rumah-rumah warga. Di area ini juga terlihat sejumlah bangunan berdiri berhimpitan dengan bangunan stasiun.
Lebar gang ini kurang lebih sama dengan lebar rel kereta, menunjukkan gang itu dulunya merupakan perlintasan kereta api. Akan tetapi bekas-bekas rel dari jalur kereta api ini sudah sulit ditemukan.
Di tengah perlintasan terlihat masih ada peninggalan yang tersisa berupa jembatan rel kereta api. Jembatan ini berada hanya beberapa meter di sisi barat stasiun, membentang melintasi sungai Ciliwung.
![]() |
Namun, sama seperti jalur kereta yang sudah menjadi gang senggol, jembatan ini juga sudah tidak memiliki bekas rel kereta api alias sudah dibeton. Jembatan tersebut masih berdiri kokoh dipergunakan sebagai jembatan penyeberangan warga sekitar.
Bergerak lebih jauh menyusuri jalur kereta ini ke sisi barat, usai menyeberangi jembatan terlihat kawasan ini sudah beralih fungsi menjadi Pasar Cikini. Di kanan-kiri jalan terlihat ada banyak toko yang menjajakan berbagai jenis dagangan.
Lebih jauh usai melewati kawasan pasar, tepat di sebelah jalur rel ini telah berdiri Cikini Gold Center. Kemudian tepat di seberangnya ada Stasiun Cikini yang menunjukkan bagaimana eks lintasan ini terhubung dengan Stasiun Salemba.
(ara/ara)