Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan agar masyarakat tidak asal saja menjadikan sertifikat tanah sebagai jaminan utang ke bank. Jokowi mengakui sertifikat tanah memang bisa 'disekolahkan', dia berpesan bila pinjaman bisa dilakukan lebih baik digunakan untuk usaha bukan untuk beli mobil.
Hal ini diungkapkan Jokowi di depan masyarakat penerima sertifikat tanah di Wonosobo, Jawa Tengah. Jokowi berpesan agar masyarakat berhitung dengan teliti apabila ingin menjadikan sertifikat yang didapatkan sebagai jaminan pinjaman uang ke bank.
"Biasanya kalau sudah pegang sertifikat ingin disekolahkan. Kulo niku ngertos mawon. Hati-hati kalau mau meminjam uang dengan agunan sertifikat, dengan jaminan sertifikat, tolong dikalkulasi tenan, dihitung seng teliti. Jangan pikir pas dapatnya, dipikirnya saat nyicilnya tiap bulan," ungkap Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan virtual, Senin (22/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rp 500 juta misalnya, nyicilnya berapa? Pokok dan bunganya berapa? Dihitung semuanya, kalau ada usaha bisa ndak? Kalau untung Rp 10 juta nyicilnya Rp 20 juta yo ndak bisa," lanjutnya.
Menurutnya memang nikmat saat pinjaman bisa cair. Dia mengaku pernah merasakan hal semacam itu. Namun, uang besar yang sudah di tangan baiknya digunakan untuk investasi usaha.
"Penak pas nompo Rp 500 juto, penak, saya pernah rasakan kok Rp 500 juta, dibawa pulang, wah Rp 500 juta. Tapi tanpa perencanaan mau dipakai apa uang itu, apakah investasi mesin, mau modal usaha, modal kerja, kedah dihitung," beber Jokowi.
Jokowi juga berpesan agar bila mendapatkan pinjaman jangan sampai digunakan untuk membeli barang yang tidak perlu. Dia mengarahkan agar pinjaman digunakan untuk modal usaha, jangan sampai digunakan untuk membeli barang mewah macam mobil.
"Jadi jangan sampai Rp 500 juta pulang, besoknya pergi ke mal, lihat lihat ada mobil baru dijual. Pertama-tama dielus waduh apik buanget mobile, berapa nih pak? Rp 210 juta, wah sisa banyak nih Rp 500 juta. Nah niku mulai mboten bener di situ," papar Jokowi.
"Karena ini uang pinjaman harusnya dipakai semua untuk usaha, kalau sudah bertelur dapat keuntungan baru dipakai yang lain," pungkasnya.
(hal/ara)