Padahal sebelumnya santer dikabarkan KCI bakal melakukan impor dari Jepang. Namun pada akhirnya, KRL diimpor dari China.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal mengatakan pihaknya tak bermasalah dengan pilihan impor dari China. Soal pengadaan sarana sendiri semua tergantung operator saja, dalam hal ini KAI.
"Memang kewenangan untuk pengadaan sarana ada di operator," ungkap Risal ketika ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).
Lebih lanjut Risal juga menegaskan operator dipersilakan untuk melakukan pengadaan kereta dari negara manapun. Pihaknya sudah memberikan standar baku soal spesifikasi keretanya, selama standar itu terpenuhi tidak masalah kereta didatangkan dari manapun.
"Kita ngasih standarnya pak, standar kereta api, dia boleh milih dari manapun," lanjut Risal.
Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba sebelumnya sudah menjelaskan soal keputusan pihaknya melakukan pengadaan tiga rangkaian KRL baru yang diimpor dari China. Menurut Anne pihaknya memilih untuk mengimpor KRL baru dari China karena yang diklaim lebih kompetitif.
Selain itu perusahaan asal China, CRRC Sifang juga dianggap mampu memenuhi spesifikasi teknis yang dibutuhkan.
"Ada spesifikasi teknis yang memang sangat mendekati dari CRRC. Karena dia produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita," katanya dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
Anne menyebut ada tawaran juga dari Korea Selatan. Namun, negara itu masih menggunakan aluminium dalam produknya, sementara KCI sudah menggunakan stainless steel.
"Kalau yang dari Korea mayoritas mereka masih menggunakan aluminium, kalau kita kan sudah stainless steel. Dan dari harga juga sangat kompetitif antara 3 negara ini. Tapi range-nya memang seperti itu biayanya. Tapi kan ada pengiriman, ada regulasi dalam negeri dan yang lain sehingga pada saat menerima proposal itu, memang CRRC yang kompetitif," bebernya.
Dia menambahkan, CRRC juga sedang bekerja sama dengan 28 negara dalam pengadaan sarana kereta, baik jenis commuter maupun kereta cepat. Pengadaan itu dilakukan di Eropa hingga Asia. Pertimbangan lainnya, CRRC juga menyesuaikan prasarana sesuai kebutuhan di Indonesia.
Sebagai informasi, pengadaan 3 rangkaian KRL Baru Impor oleh CRRC Sifang, China dengan total investasi sekitar Rp 783 miliar. Sementara itu tahun lalu sempat digadang-gadang impor 3 KRL baru berasal dari jepang dengan biaya RP 676 miliar.
Namun Anne menyebut ada perubahan harga pada proposal milik produsen KRL Jepang, J-TREC, pada Oktober tahun lalu. Oleh karena itu KCI menilai perlu membandingkan opsi dari negara lain, termasuk Korea Selatan dan China.
"Tetapi Oktober ketika proposal yang kami terima dari Jepang ada mengalami kenaikan, sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain," tuturnya.
(hal/kil)