KCIC Bantah Beri Rekomendasi KCI buat Impor KRL dari China

KCIC Bantah Beri Rekomendasi KCI buat Impor KRL dari China

Samuel Gading - detikFinance
Sabtu, 10 Feb 2024 14:45 WIB
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa/Foto: Retno Ayuningrum/detikcom
Jakarta -

Sebanyak 3 rangkaian KRL baru didatangkan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dari China lewat CRRC Sifang Co.Ltd senilai Rp 783 miliar. CRRC Sifang Co.Ltd merupakan perusahaan yang juga memproduksi Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung.

Meski sama-sama mendatangkan kereta lewat CRRC Sifang Co.Ltd, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) membantah telah memberi rekomendasi khusus bagi KCI untuk mengimpor KRL dari CRRC Sifang.

General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa, mengatakan pada hakikatnya manajemen KCIC dan KCI berbeda. Ia mengatakan, kebijakan pengadaan KRL oleh KCI berada di luar kapasitas KCIC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait pemesanan yang dilakukan (perusahaan) lainnya, karena beda manajemen, jadi di luar kapasitas kita," ucap Eva di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, Sabtu (10/2/2034).

Di sisi lain, Eva meyakini bahwa setiap perusahaan mempunyai pertimbangan masing-masing untuk mendatangkan moda transportasi. KCIC menggandeng CRRC Sifang Co.Ltd karena perusahaan tersebut menghadirkan teknologi yang diyakini sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

ADVERTISEMENT

"Khususnya buat sarana, kita datangkan seri terbaru yang dioperasikan dari Tiongkok yakni CR-400-af, dan ini memang memiliki teknologi paling modern" jelasnya.

"Sehingga jika ada operator lain yang akan menggunakan dengan tempat produksi yang sama tentunya punya pertimbangan masing-masing dan di luar kapasitas kami untuk memberi penjelasan," imbuhnya.

Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, Sebelumnya, sempat ramai tentang isu yang menyebut kalau ada dugaan dugaan sikut-sikutan antara China dengan Jepang di balik kisruh rencana impor KRL bekas. Disebut-sebut, ada ancaman bahwa dana pinjaman untuk membayar pembengkakan biaya (cost overrun) kereta cepat dari China Development Bank (CDB) akan ditahan.

Bantahan pemerintah dan KCI di halaman berikutnya.

Wakil Menteri Kementerian Badan usaha Milik negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko menepis kabar yang menyatakan adanya konflik kepentingan dengan produsen Kereta Cepat Whoosh di balik keputusan impor KRL China.

"Oh nggak, nggak. Nggak ada. Nggak ada hubungan," kata Tiko, ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).

Informasi itu juga dibantah oleh VP Corporate Secretary KCI, Anne Purba. Ia menegaskan, keputusan perubahan impor tersebut tidak ada hubungannya dengan pinjaman kereta cepat tersebut.

"Tidak ada hubungannya, tidak ada hubungannya. Pure, kan ada pengadaanya. Ya, memang proses pengadaanya. Prosesnya benar-benar pengadaan. Tidak ada pengaruh dari siapapun," kata Anne, dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).

Anne mengatakan, pihaknya awalnya menerima proposal dari dua perusahaan asal Korea Selatan, Wojin dan Dawonsys. Namun Anne menyebut KRL produksi mereka masih berbahan aluminium, sedangkan mayoritas KRL Commuter Line Jabodetabek saat ini sudah berbahan stainless steel.

Sementara itu, Anne menyebut terjadi perubahan harga pada proposal milik produsen KRL Jepang J-TREC pada Oktober. Sebelumnya impor 3 KRL di perusahaan tersebut diperkirakan menelan biaya RP 676 miliar.

"Tetapi Oktober ketika proposal yang kami terima dari Jepang ada mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain. Ada Korea dua, Wojin dan Dawonsys. Kemudian ada CRRC. Kan kalau pengadaan di perusahaan kita juga bisa merekomendasikan beberapa untuk kita bisa melihat perbandingannya," jelasnya.

Adapun keputusan memilih impor 3 rangkaian KRL baru dari China adalah karena pertimbangan pemenuhan spesifikasi. Selain itu CRRC Sifang Co., Ltd. juga diklaim menawarkan harga yang lebih kompetitif.

"Dan dari harga juga sangat kompetitif antara 3 negara ini. Tapi range-nya memang seperti itu biayanya. Tapi kan ada pengiriman, ada regulasi dalam negeri dan yang lain sehingga pada saat menerima proposal itu, memang CRRC yang kompetitif," tuturnya.

(ara/ara)

Hide Ads