Bos Konsultan Maritim Belanda Puji Rencana Proyek Giant Sea Wall Pantura

Bos Konsultan Maritim Belanda Puji Rencana Proyek Giant Sea Wall Pantura

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 29 Feb 2024 18:03 WIB
Direktur PT Van Oord Indonesia dan Direktur Delta Marine Consultant, Peter van der Hulst
Direktur PT Van Oord Indonesia dan Direktur Delta Marine Consultant, Peter van der Hulst (Foto: Samuel Gading/detikcom)
Jakarta -

Pimpinan salah satu perusahaan konsultan maritim asal Belanda mendukung wacana pembangunan tanggul laut raksasa alias giant sea wall di sisi utara Pulau Jawa. Menurutnya, selain berguna menahan air laut, giant sea wall bisa berguna untuk hal lain.

"Itu ide sangat bagus, tidak hanya itu ide bagus tapi menurut saya itu memang diperlukan. Karena giant sea wall bertujuan tidak hanya untuk menahan air laut, tapi juga bisa menjadi solusi untuk tenggelamnya Jakarta," ucap Direktur PT Van Oord Indonesia dan Direktur Delta Marine Consultant, Peter van der Hulst, dalam agenda Workshop on Collaborative Pathways: Enhancing Water Disaster Resilient through Nature-Based Solutions di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (29/2/2024).

Jika dikembangkan lebih jauh, Peter menilai Giant Sea Wall juga bisa berfungsi sebagai reservoir atau penampung air minum di musim kemarau. Adapun di musim hujan, tanggul laut raksasa itu bisa mengumpulkan air hujan yang datang dari dataran tinggi di wilayah sekitar utara Pulau Jawa. Khusus untuk Jakarta, menurutnya hal ini bisa menjadi solusi atas masifnya penggunaan air tanah oleh masyarakat, serta meningkatnya permukaan laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selain keamanan, Giant Sea Wall bisa menyediakan air bersih untuk industri, hotel, dan masyarakat. Jadi itu ide yang sangat bagus," tuturnya.

Kendati demikian, Peter mengaku hal tersebut perlu pengkajian lebih lanjut. Sementara perihal opsi terbaik untuk menjaga wilayah pesisir Indonesia sesungguhnya terletak pada upaya pemanfaatan pembangunan yang berorientasi ramah lingkungan atau menggunakan teknologi Nature Based Solutions (NbS).

ADVERTISEMENT

Peter menjelaskan salah satu implementasi dari NbS adalah menggunakan coral reef atau terumbu karang untuk menghambat abrasi pantai yang disebabkan gelombang air laut. Ia menjelaskan biaya implementasi NbS memang lebih mahal 20% dari pembangunan tanggul laut konvensional. Namun, NbS bisa memulihkan kembali ekosistem laut yang notabene berdampak terhadap terjaganya lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di sektor perikanan.

"Di Belanda kita sudah menerapkan hal ini. NbS cuma diterapkan sekali dan bisa terjaga dalam jangka panjang. Tapi memang butuh komitmen dari pemerintah dan semua stakeholder. Daripada membeton laut terus pantainya hilang lebih baik mengintegrasikan upaya yang lebih berkelanjutan bukan?" imbuhnya.

Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan Indonesia perlu membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall. Ia menilai butuh 40 tahun membangun hal tersebut, anggaran yang dihabiskan diperkirakan menyentuh US$ 50-60 miliar atau Rp 778-934 triliun (kurs Rp 15.570).

Pernyataan ini disampaikannya dengan berkaca pada pembangunan giant sea wall di Belanda. Belanda membutuhkan waktu hingga 40 tahun untuk menyelesaikan pembangunan tersebut.

"Saya yakin masalah giant sea wall ini mungkin membutuhkan waktu 40 tahun sampai selesai, mungkin lebih. Pengalaman dari Belanda seperti itu 40 tahun. Nah sekarang masalahnya, adakah pemimpin-pemimpin politik yang rela fokus berpikir mengerahkan segala kemampuan dalam kurun waktu 40 tahun? Ini kewajiban kita," kata Prabowo, dalam sambutannya di Seminar Nasional Giant Sea Wall di Kempinski Ballroom, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).

Selain membutuhkan waktu yang lama, untuk membangun giant sea wall di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Jawa juga membutuhkan biaya yang tidaklah sedikit. Bahkan, disebut-sebut biayanya secara keseluruhan tembus Rp 778 triliun. Namun Prabowo tak merincikan proyek tersebut.

"Tadi kita lihat untuk fase pertama saja itu Rp 164 triliun, mungkin semuanya nanti yang saya dengar semuanya itu akan memakan US$ 50-60 miliar, mungkin lebih," ujarnya.

Prabowo menilai, pembangunan tanggul laut raksasa menjadi kewajiban dari pemerintah. Pasalnya, penurunan permukaan tanah terus terjadi hingga mengancam masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Pantura.

(das/das)

Hide Ads