Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat acara Peluncuran Buku Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Ketidakseimbangan Eksternal di Gedung BI, Jakarta, Senin (19/5/2014).
"Seiring dengan terkoreksinya prospek pertumbuhan ekonomi di 5,1%, intermediasi perbankan lebih lambat dibandingkan 2013. Perlambatan kredit cukup konsisten dan sesuai dengan kondisi perekonomian yang melambat," jelas Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita patut bersyukur karena tekanan yang terjadi masih terkendali dan cenderung turun mulai akhir 2013 sehingga berada pada level normal. Namun kewaspadaan harus tetap tinggi. Dari likuiditas, pertumbuhan kredit yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya risiko likuiditas yang berimbas pada persaingan antar bank untuk menaikkan DPK sehingga berdampak naiknya risiko suku bunga," papar Agus.
Untuk itu, Agus menyebutkan, perlu dilakukan berbagai upaya untuk penanganan risiko seperti penguatan struktur permodalan bank, pengaturan kredit, penguatan infrastruktur dan pengawasan sistem pembayaran, koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akses usaha UMKM, dan penguatan likuiditas pasar melalui pendalaman pasar.
"Arah kebijakan makro 2014 akan difokuskan pada memitigasi sistemik dan transmisi dari risiko kredit likuiditas dan pasar. Sejak beralihnya pengawasan mikro bank ke OJK, BI menekanan tugas pada pengawasan makro. Upaya menjaga stabilitas keuangan perlu koordinasi. Maka kami beri apresiasi kerja sama dengan OJK. Juga beri penghargaan antar terjalinnya koordinasi antar korporasi," terang Agus.
Β
(drk/hds)