Tak tanggung-tanggung, bunga yang ditawarkan mencapai 11% per tahun, jauh di atas rata-rata bunga deposito saat ini yang hanya 7-8% per tahun. 'Perang' bunga deposito tinggi ini dilakukan sebagai salah satu cara perbankan untuk mengantisipasi ketatnya likuiditas.
Bank Sentral Jerman menyampaikan pandangannya atas hal ini. detikFinance berkesempatan melakukan wawancara langsung dengan Dewan Komisaris Bank Sentral Jerman Andreas Dombret di Kedutaan Besar Jerman, Jl. MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (24/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Likuiditas di Eropa bukan hanya mengenai suku bunga rendah tapi pelaksanaan untuk berusaha melakukan sesuatu unkonvensional yang dilakukan bank sentral, sekarang ini bank-bank di kawasan Eropa tanpa pembatasan, dengan jaminan mendapatkan tambahan likuiditas dari bank sentral, penting dengan jaminan dan tanpa batasan, ini membuat bank-bank sangat likuid," ujar dia.
Dombret mengungkapkan, kebijakan menetapkan suku bunga acuan rendah dari bank sentral akan membantu perbankan dalam menjaga kestabilan likuiditasnya.
"Sebagai komisaris di satu bank, saya tidak bisa mengatakan satu per satu bank tapi saya bisa mengatakan sektor perbankan-nya. Intinya likuiditas perbankan di Eropa sangat tinggi. Yang dikarenakan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan kemungkinan pengumpulan likuiditas dalam jumlah besar mengingat interest rate, suku bunga rendah," jelas dia.
Namun demikian, Dombret mengakui, rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tingkat suku bunganya tentu akan berpengaruh terhadap negara-negara lain di dunia termasuk Eropa dan Indonesia.
Dengan naiknya tingkat suku bunga di AS, memungkinkan akan banyak aliran dana masuk ke negeri Paman Sam tersebut.
"Apa yang kita bicarakan mengenai politik moneter Amerika (kenaikan Fed Rate), kelihatannya itu menunggu pada satu normalisasi, dia bergerak ke arah situ, itu mempengaruhi seluruh dunia termasuk di Eropa," pungkasnya.
(drk/ang)