Wacana merger kedua bank ini sudah lama berhembus, misalnya Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono mengatakan penggabungan ini sebagai mega merger. Pasalnya, akan melibatkan penggabungan bank BUMN besar.
Merger ini dilakukan untuk mendorong bank dalam negeri bisa menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sektor keuangan yang akan berlangsung pada 2020 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, meskipun proses merger tersebut tidak akan mampu mengejar bank kelas kakap seperti DBS asal Singapura, setidaknya ruang pembiayaan bank dalam negeri bisa lebih besar setelah dua bank pelat merah tersebut dilebur.
"Ini paling tidak, tidak akan mengejar DBS tapi mulai mendekati. Belum ada arah (merger) tapi idenya begitu," ucapnya sembari tersenyum.
Selain itu, Bambang menambahkan, Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk Bank Mandiri sebesar Rp 5,6 triliun melalui mekanisme rights issue, dinilainya akan menyokong perkembangan bank dengan logo pita emas tersebut.
"Paling tidak kalau kita kasih dana ke bank, dia bisa jadikan 10 kali lipat, kita butuh investasi besar di tahun 2015 ini dan yang bisa bantu pembiayaan kan bank," pungkasnya.
Terkait total PMN untuk para BUMN yang nilainya mencapai Rp 75 triliun, Bambang sempat mengusulkan agar pencairannya secara bertahap. Ia beralasan untuk mendorong BUMN, selain modal juga butuh dorongan perbaikan manajemen BUMN.
Ia mencontohkan soal PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang jumlahnya 11 perusahaan, namun masih kalah dengan bisnis perkebunan swasta seperti Sinarmas.
"Saya sudah bilang ke Bu Rini (Menteri BUMN), boleh ngusulin (PMN) tapi jangan langsung brek (banyak)," katanya.
(drk/hen)