Dalam hal ini, Indonesia sangat jauh sekali tertinggal dengan nilai aset hanya US$ 35,62 miliar. Nilai aset di negara tetangga tersebut tercatat 10 kali lipat dari aset yang industri keuangan syariah di Indonesia. Padahal masyarakat muslim yang ada di Indonesia lebih besar
"Malaysia bertengger di peringkat 1 negara dengan aset keuangan syariah terbesar di dunia. Asetnya lebih dari 10x lipat dari keuangan syariah di Indonesia, yaitu mencapai US$ 423,2 miliar," kata Direktur Pengaturan Pengembangan Perizinan dan Pengawasan Perbankan Syariah OJK, Ahmad Buchori di Senayan, Jakarta, Sabtu (13/6/2015) .
Ahmad menjelaskan, keberhasilan Malaysia memang berawal dari peran pemerintah dalam mendorong industri tersebut. Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, bahwa industri dipaksa tumbuh dari kalangan masyarakat.
"Malaysia itu top-down. Pemerintahnya ikut mengatur keuangan syariah. Sedangkan di Indonesia bottom-up, tumbuh dari masyarakat sendiri. Tapi di antara negara-negara yang juga syariahnya tumbuh secara bottom-up, Indonesia yang paling bagus dan pertumbuhannya tertinggi," terangnya.
Pemerintah Malaysia juga mengatur agar dana perusahaan milik negara agar disimpan pada perbankan syariah. Sehingga meskipun jumlah rekeningnya lebih sedikit dari yang ada di Indonesia, namun nilainya lebih tinggi.
"Di Malaysia, ada kebijakan yang mengatur keharusan dana-dana BUMN disimpan di Bank Syariah. Tapi sebenarnya jumlah rekening syariah di Malaysia itu jauh kebih kecil dibanding Indonesia yang mencapai 17 juta rekening. Maka kita juga ingin upayakan ada kebijakan top-down seperti di Malaysia untuk bantu keuangan syariah," papar Ahmad.
(mkl/hen)