Demikian dilansir CNN, Selasa (11/4/2016).
Ekonomi China diperkirakan mencapai 6,6% dalam tiga bulan yang berakhir Maret. Itu akan menjadi kuartal terlemah China sejak krisis keuangan pada awal 2009.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data PDB resmi atau angka pertumbuhan ekonomi untuk kuartal pertama akan diterbitkan oleh Biro Nasional Statistik China pada hari Jumat waktu setempat.
Setelah bertahun-tahun mencatatkan angka pertumbuhan yang cukup tinggi, perekonomian China kini mulai melandai, sebagian karena upaya pemerintah untuk mengalihkan mesin pertumbuhan China dari manufaktur ke sektor jasa.
Negara ini juga dibebani dengan tingkat utang yang tinggi setelah bertahun-tahun menarik pinjaman yang agresif.
"Keberhasilan rebalancing ekonomi China pada tahun-tahun mendatang akan tergantung pada kemampuan pembuat kebijakan, untuk menjaga kecukupan tingkat likuiditas sistem keuangan sekaligus mengurangi utang bank dan meningkatkan pasar obligasi negara," kata Peter Donisanu dari Wells Fargo.
Sebagian besar data ekonomi yang dikeluarkan tahun ini, dari perdagangan hingga aktivitas manufaktur, menunjukkan gambaran perekonomian China.
China mengumumkan pada akhir Februari bahwa ia berencana menyimpan 1,8 juta batu bara dan baja dalam upaya untuk mengurangi kelebihan kapasitas.
Ekonom UBS Ning Zhang mengatakan, data ekonomi China yang akan datang diharapkan bisa kembali rebound, yang akan ditopang membaiknya sektor properti dan juga dukungan fiskal dan utang.
Di sisi lain, ekonomi China juga mengalami turbulensi pada 2015 di pasar saham dan uang (yuan), yang merusak kepercayaan investor bahwa otoritas China akan mampu mengatasi perlambatan ekonomi. (drk/hns)