Anggaran Subsidi Listrik dan BBM Dipangkas 2017, Akankah Inflasi Naik?

Anggaran Subsidi Listrik dan BBM Dipangkas 2017, Akankah Inflasi Naik?

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 12 Sep 2016 15:05 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Pemerintah berencana memangkas anggaran subsidi energi dalam Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2017. Hal ini dilakukan guna merampingkan postur APBN yang lebih berkualitas dan tepat sasaran.

Salah satu anggaran subsidi yang dipotong direncanakan adalah subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA. Hal ini dikhawatirkan dapat menyumbang inflasi yang cukup tinggi. Namun Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan koordinasi yang baik antar Kementerian/Lembaga (K/L) dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya inflasi tersebut.

Kemudian, subsidi untuk solar juga dipangkas dari Rp 1.000/liter menjadi Rp 500/liter untuk tahun depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Subsidi ini memang harus dipangkas, sehingga defisit anggaran tidak terlalu besar. Apalagi defisit selama ini dibiayai oleh utang yang harus dijaga kenaikannya.

"Memang biasanya kalau subsidi dikurangi maka akan terjadi inflasi yang melonjak. Namun kami yakin, bahwa dengan koordinasi yang baik maka pengurangan subsidi yang memang diperlukan untuk kesehatan anggaran, kita lihat waktu bisa dikoordinasikan dengan baik agar inflasi bisa terjaga. karena dengan inflasi yang terjaga, Insya Allah bisa di bawah 4%," kata Mirza, ditemui di Gedung BO, Thamrin, Jakarta, Senin (12/9/2016).

Lanjut Mirza, langkah pemerintah untuk melakukan impor sejumlah komoditas merupakan langkah yang baik guna menghambat terjadinya inflasi tadi. Hal ini mengingat ada dua komponen yang menyebabkan inflasi sangat rentan terjadi di Indonesia, yakni harga pangan dan juga harga tarif energi seperti listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Jadi, pemerintah harus bisa menjaga inflasi harga pangan, sehingga laju inflasi secara umum terjaga. Impor pangan tidak apa-apa dilakukan sesekali guna menjaga pasokan tetap ada, dan harga tidak melonjak.

"Itu harus kita usahakan cukupkan suplainya. Pemerintah menurut kami sudah ambil action yang baik, kalau ada gejala penurunan suplai, pemerintah tidak ragu untuk lakukan impor sementara. Lakukan impor sementara tidak apa-apa agar harga tidak naik. Jadi direncanakan dengan baik, dilihat suplainya," tandasnya.

BI sendiri memproyeksikan inflasi pada 2016 akan berada di bawah 3,2%. Ini lebih rendah dari yang diasumsikan pada awal tahun, yaitu 4 plus minus 1%. Sementara itu inflasi di tahun 2017, pemerintah dan DPR sepakat dalam asumsi makro dalam RAPBN 2017, inflasi akan berada di angka 4%. (wdl/wdl)

Hide Ads